36

302 40 7
                                    

Vote dan komen juseyooo🙂

Maaf typo bertebaran:)

Happy Reading 💚

.
.
.
.

Arin sudah mengisyaratkan ke Jeno melalui gerakan matanya, namun nampaknya Jeno tidak sadar sama kode yang Arin kasih.

Sejak Jeno memasuki ruangan ini rupanya Taeyong tidak sama sekali keluar dari ruangan ini, makanya Arin terkejut saat Taeyong tiba-tiba sudah ada di belakang Jeno dengan tongkat baseball di tangan kirinya. Arin kira Taeyong sudah pergi ternyata belum.

Bugh.

Taeyong memukul punggung Jeno sangat kencang, bahkan suaranya menggema di ruangan ini. Tidak bisa di bayangkan seberapa sakitnya itu.

"Jenoooo" Teriak Arin lemah saat Jeno jatuh di depannya akibat di pukul oleh Taeyong.

"Kunci pintunya dan jaga di depan." kata Taeyong pada pengawal itu.

Pengawal itu langsung melaksanakan apa yang Taeyong bilang, tujuan Taeyong menyuruh pengawal itu untuk tutup dan kunci pintu karena Taeyong tau di bawah sana ada beberapa teman Jeno yang masih melawan pengawalnya.

Kini tatapan Taeyong beralih ke Arin, menatapnya penuh dengan amarah. Taeyong berjalan mendekat ke Arin masih dengan memegang tongkat baseball itu. Arin mencoba bergerak berharap ikatan ini sedikit longgar dan terlepas ketika Taeyong berjalan kearahnya.

Jujur, Arin kali ini sangat takut sama Taeyong. Wajah Taeyong berpuluh-puluh kali lipat lebih menyeramkan dibandingkan yang tadi. Di dalam hatinya, Arin tidak henti berharap agar Jeno segera sadar dan menyelamatkannya dari Taeyong.

Taeyong menarik dagu Arin agar mendongak menatap dirinya dengan kencang sampai kuku-kuku jarinya menusuk dagu Arin yang menyebabkan darah segar keluar dari sana.

Tanpa mengucapkan apapun Taeyong menyeret Arin kesudut ruangan menjauh dari Jeno dan masih dengan kaki tangannya yang terikat oleh kursi.

"K-kak.. a-aku ini A-arinn... a-dik tingkat k-kesayangan kakak..." kata Arin dengan suara yang bergetar berusaha menyadarkan Taeyong. Air matanya tak henti-hentinya keluar membasahi pipi.

Taeyong berjongkok di hadapan Arin lalu menamparnya dengan kencang membuat cairan merah kental itu keluar dari lobang hidungnya. Karena saking kencangnya di pipi kanan Arin tercetak jelas jari-jari tangan Taeyong yang panjang.

"Ingat Arin.. mungkin dulu aku masih bisa ngalah karena kamu diambil sama Doyoung, tapi sekarang aku gak akan tinggal diam jika kamu direbut sama dia." kata Taeyong dengan nada penekanan sambil menunjuk Jeno yang masih belum sadar.

"Kamu hanya milik aku Arin, sampai kapanpun kamu hanya milik aku. Aku gak akan biarin siapapun ngemilikin kamu selain aku. Ingat itu!"

"Tapi kak, kalo kakak sayang sama aku, gak seharusnya kakak memperlakukan aku kaya gini... sakit kak, hiks." lirih Arin di akhiri dengan isakan.

"KALAU SAJA KAMU DARI AWAL SAMA AKU, AKU GAK AKAN SEPERTI INI ARIN!" teriak Taeyong sambil mencekam kembali dagu Arin agar tetap menatapnya.

"TAPI GAK SEHARUSNYA KAKAK LAKUIN INI SAMA AK— akrhhhh.."

Lagi dan lagi, kini pipi sebelah kiri Arin yang di tampar oleh Taeyong.

"Tutup mulutmu atau aku akan berbuat lebih dari ini."

Taeyong melepaskan cengkramannya di dagu Arin lalu berpindah ke belakang kepala Arin, setelah itu Taeyong memajukan wajahnya. Arin tau apa yang mau Taeyong lakukan, dia mencoba menghindar dengan menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

[1] Noona - Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang