Oohallooo
Yuk vote dulu yuk sebelum baca
Happy Reading 💚
.
.
.
.Doyoung memasuki salah satu cafe yang ada di Jogjakarta. Doyoung memasuki cafe itu dengan tidak fokus bahkan hampir saja menabrak seorang pelayan disana. Pikirannya masih terus berkeliaran memikirkan bagaimana kondisi Arin.
Masalahnya Doyoung sudah mencoba menghubungi Arin tapi tidak bisa juga. Ya bagaimana bisa, kontaknya saja masih di blokir. Doyoung juga masih terlalu takut untuk menghubungi ibunya Arin, karena Doyoung masih sangat merasa bersalah. Apalagi melihat tatapan tidak suka dari mata ibunya Arin. Dulu ibunya Arin selalu menyambutnya dengan senyuman hangat ketika Doyoung berkunjung, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi senyuman hangat.
Sejeong melambaikan tangannya saat melihat Doyoung memasukin cafe sambil celingak-celingukan mencari-cari dimana Sejeong berada.
Bahkan setelah Doyoung melihat Sejeong, Doyoung tidak membalas senyuman yang Sejeong berikan. Tetapi Sejeong tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting sekarang Doyoung ada bersamanya. Doyoung miliknya. Itu sudah cukup untuk Sejeong.
"Hai kak." sapa Sejeong dengan hangat saat Doyoung sudah duduk di kursinya.
Doyoung mencoba membalas sapaan Sejeong itu walaupun hanya gunaman saja.
"Aku seneng deh kakak dateng."
"Kenapa ngajak ketemuan?" tanya Doyoung to the point.
Sejeong cemberut, basa-basinya tidak dibalas oleh Doyoung.
"Aku kangen kakak, hehe."
"Iya terus mau apa?"
"Mau ketemu kakak. Ohiya ayo kak mau pesen apa? Disini makanannya enak-enak loh, minumannya juga. Pokoknya aku kalau udah nongkrong disini suka lupa waktu, apalagi kalau ditemenin kakak gini."
"Oh gitu ya." balas Doyoung apa adanya sambil membuka buku menu itu.
"Kak liat deh, ini kalung yang kakak kasih waktu itu loh, bagus kan kalau aku yang pake? Cocok gak?" Sejeong masih belum menyerah juga. Dia masih terus berusaha agar Doyoung tertarik dengan apa yang Sejeong bicarakan.
Padahal ketika Doyoung bersama Arin, Doyoung selalu saja menyimak dengan baik apa yang Arin bicarakan, dari yang penting sampai yang tidak penting. Doyoung akan selalu mendengarkan apa yang Arin ucapkan layaknya seperti ibu yang mendengarkan anaknya bercerita.
Lagi dan lagi Doyoung hanya bergunam tanpa minat. Dia menyibukkan dirinya dengan melihat-lihat daftar menu di cafe ini.
"Kak, liat aku dong. Aku lagi ngomong sama kakak." lirih Sejeong.
Doyoung mengela napasnya, "iya."
"Nanti abis ini anterin aku ke mall ya? Aku mau beliin mamih hadiah. Sebentar lagi mamih pulang kak. Aku seneng banget deh." ucapnya antusias.
"Iyaa."
Betapa bahagianya Sejeong ketika mendengar respon Doyoung itu. Itu tandanya Doyoung sudah mulai suka dengan dirinya bukan? Harus, Doyoung harus suka dengan Sejeong. Sejeong tidak akan melepaskan Doyoung untuk siapa pun.
"Aku ke toilet dulu ya kak."
Doyoung hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
Saat Sejeong sedang berada di toilet, ponselnya yang ada diatas meja berbunyi. Awalnya Doyoung tidak peduli dengan suara notifikasi dari ponselnya Sejeong. Namun suara itu terus saja berbunyi mengganggu pendengaran Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Noona - Lee Jeno [END]
Fanfiction(WALAUPUN PART UDAH LENGKAP JANGAN LUPA VOTE NYA YA) "Jeno akan selalu ada di belakang nuna, jadi kalau nuna sedih, lihat ke belakang ada Jeno yang siap membuat nuna tersenyum." Warning!!! *Mengandung unsur ke bucinan *Bahasa kasar *Bahasa campur...