35

298 39 8
                                    

Ooohalloooo

Aku mau bilang ke kalian semua, kalo dibawah nanti aja pengumuman buat kalian, aku harap kalin baca ya. Ini penting.

PENTING BANGET, JANGAN LANGSUNG DI SKIP OKE?

Vote dan komennya juga ya...

Happy Reading 💚




.
.
.
.

Arin membuka matanya perlahan berharap dia sudah pindah tempat atau keluar dari tempat mengerikan ini dan terbebas dari Taeyong. Tapi nyatanya sampai detik ini juga, Arin masih di dalam ruangan yang sama dengan kondisi kaki dan tangannya yang masih di ikat.

Sebenarnya dia sudah sangat lemas sekali, bahkan buat angkat kepalanya saja Arin tidak kuat. Entah sudah beberapa hari Arin tidak mengisi perutnya, jangankan makan, minum saja tidak dikasih oleh Taeyong. Yang ada malah di siksa terus dari kemarin.

Arin tidak mengerti kenapa Taeyong seperti itu sama dirinya. Arin tidak mengenal sama sekali Taeyong yang sekarang. Taeyong yang dulu tidak pernah main tangan ke Arin, mengeluarkan suara yang kencang saja tidak pernah.

Apa mungkin hati Taeyong telah mati?

Ceklek.

Pintu di buka dan terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya. Arin tidak bisa melihat siapa orang itu. Arin tidak kuat bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang.

Namun, Arin yakin kalau yang datang itu adalah Taeyong.

Benar saja, ketika sudah berada di hadapan Arin. Aroma tubuhnya yang selalu bikin Arin nyaman tercium di indra pernapasannya. Dulu emang aroma itu yang selalu bikin Arin nyaman, tapi sekarang Arin sangat benci dengan aroma itu.

Taeyong mengangkat dagu Arin hingga menatap dirinya, dengan jarak sedekat ini Arin dapat merasakan napas Taeyong yang menerpa wajahnya.

Masih terus menatap mata Arin dari jarak sedekat ini dengan tangan yang satu masih memegang dagu Arin, tentu saja tangan yang satunya lagi tidak tinggal diam. Taeyong merogoh sesuatu yang ada di saku jaketnya, lalu membuka botol itu dengan satu tangan dan menuangkan cairan itu ke atas paha Arin.

Detik berikutnya Arin merintih kesakitan, sungguh benar-benar sakit sampai kepalanya hampir terunduk kembali untuk menahan rasa sakitnya namun tidak bisa karena satu tangan Taeyong masih tetap menahan dagunya agar tidak menunduk.

Berpindah tempat dari paha Arin, Taeyong kembali menuangkan ke paha Arin yang satunya lagi di lanjutkan ke luka-luka yang lain yang ada di sekitar kakinya.

Taeyong menuangkan cairan alkohol ke luka Arin yang belum kering secara bertahap, tidak hanya sekali namun berulang-ulang kali.

Kondisi Arin setelah luka-lukanya disiram oleh alkohol itu sudah tidak bisa di jelaskan lagi bagaimana sesakit dan perihnya itu.

Mau kabur juga gak bisa, mau teriak juga gak bisa karena kini mulutnya di tutup dengan lakban hitam. Jadi yang hanya bisa Arin lakukan hanya teriak di dalam hati dan berharap siapapun menolongnya dari sini.

Suara ketukan pintu menghentikan kegiatan Taeyong yang ingin mensayat kembali kaki Arin. Taeyong menengok kearah sumber suara setelah pintu itu dibuka dari luar.

"Ada apa?" geramnya karena kegiatannya telah di ganggu oleh beberapa pengawalnya.

"Ada seseorang yang sedang menuju kerumah ini tuan." jawabnya.

Taeyong mengangguk singkat setelah mendengar perkataan pengawalnya barusan, lalu pengawal itu berlalu dari sana. Melalui anggukan dari Taeyong pengawal itu sudah tau apa yang harus dia lakukan setelah ini.

[1] Noona - Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang