43

231 13 0
                                    

~Satu hari sebelum kejadian.

Dentuman musik terdengar santai mengalun merayapi gendang telinga nya, masih dapat di serap dengan normal, tanpa harus berjenggit. Aroma vodka, bir, serta minuman lain nya yang mengandung alkohol tersebar dimana-mana.

Derrel memandang keseluruhan sisi dari club itu, tampak terlihat modern dan terdiri dari dua lantai. But, tujuan nya datang kesini bukan untuk menilai desain arsitektur club ini. Ia datang mencari seseorang.

Kening nya langsung terlipat menjadi tiga saat melihat seorang lelaki yang masih muda, sekitar dua puluh dua tahun menggerling genit kepadanya, bulu kuduk nya langsung meremang. Apalagi saat baru menyadari rata-rata penghuni club yang memang semua nya berjenis kelamin laki-laki itu menatap lapar padanya. Oh ayolah, siapa juga yang ingin melewatkan cowok muda, berwajah segar, dengan tampang menawan, keturunan orang kaya, tanpa minus apapun, bertandang ke tempat mereka, jarang ada orang seperti itu di kalangan ini.

Tubuh Derrel hampir saja loncat saat satu tangan merangkul nya dengan santai,  "Dia dateng sama gue."

Sontak lenguhan kesal, tidak rela, serta segala macam jenis lain nya bercampur padu, seperti paduan suara saat upacara, tapi yang ini jelas jauh lebih buruk.

"Yah udah ada yang punya."

"Padahal baru mau gue gebet. "

" Tampan nya keturunan Airlangga. "

Derrel melotot kepada orang yang masih saja merangkulnya, hampir saja ia melepaskan bogem mentah jika tidak melihat wajah Keino di samping nya.

Derrel langsung mendesis tajam, " Gila ya lo, ngajak gue ketemuan di tempat kayak gini. "

Mendapat pelototan dari Derrel, Keino langsung terekeh renyah, ia memberi kode pada Derrel untuk ikut berjalan di belakang nya menuju ruang yang lebih pribadi. " Toh, lo juga udah tau identitas gue yang sebenarnya kan."

Derrel mendecak,  "Beberapa bulan yang lalu, lo cuma bilang penasaran, cuma mau coba-coba, kenapa lo malah terjebak di dunia kayak gini."

Keino menggedik bahu acuh, dengan santai ia berkata, "Trauma."

"Plus ketagihan. " sambung Keino.

Mata Derrel memicing, tidak bisa menahan sarkasme keluar dari mulut nya, "Trauma bisa bikin ketagihan ya."

Yups, kurang lebih nya setahun yang lalu Derrel menemukan Keino dengan kondisi berantakan, ia bicara dengan ngawur, tak jelas karena apa, seminggu lamanya ia menginap di rumah Derrel, tak mau pulang, tak mau juga mengangkat telpon dari rumah nya. Terlebih lagi jika mendapati kakak sepupu laki-lakinya menelpon, Keino langsung melempar ponsel nya ke dinding.

Derrel memang tidak pernah bertemu dengan kakak sepupu Keino, tapi mendengar cerita Keino, selama ini kakak sepupu nya itu sedang menjalani kuliah di Cambridge, Amerika Serikat, sangat cerdas hingga bisa memasuki Universitas Harvard.

Sebulan kemudian Derrel baru tau, jika Keino jadi korban melenceng yang di lakukan oleh kakak sepupu nya ini, sewaktu orang itu berlibur di Indonesia. Derrel tutup mulut, ia tidak bicara pada siapapun, tidak menyebar berita apapun, mengingat wajah memohon yang Keino lontarkan padanya, ia hanya selalu memastikan akan selalu ada jika Keino butuh.

"Gue ga bakal bisa hidup kalau ada yang tau gue di perkosa Derrel. Mending mati aja." itu kata Keino dulu, sambil menjambak-jambak rambut nya sendiri, kondisi nya setengah sadar, dipengaruhi oleh alkohol yang entah sudah berapa banyak ia tenggak. Setidak nya hingga saat ini hanya Derrel yang tahu.

Seharusnya waktu itu Derrel langsung menghubungi pihak psikiater untuk menangani Keino. Tapi tentu saja, salah satu sisi jauh dari lubuk hati nya ia sadar, bagi seorang korban, tidak akan mudah untuk mengatakan, apalagi menceritakan secara gamblang jika ia adalah salah satu korban pelecehan, apalagi pelecehan sejenis. Jadi Derrel hanya diam, mencoba membujuk Keino dengan halus, tidak ia sangka Keino justru beralih menjadi seperti ini, walau pun seringkali cowok itu melontarkan kebencian pada kakak sepupu nya, tapi Derrel sama sekali tidak berpikir Keino akan mengambil jalan yang sama persis dengan kakak sepupu nya itu.

"Langsung aja, kenapa lo ngajak gue ketemu di sini. "

Keino mengangguk-angguk sambil menuang air berwarna merah keunguan ke dalam gelas. " Ga mau minum dulu. "

Derrel menggeleng, " Gue ga mau lama-lama. "

Keino terlihat menyesap minuman nya dengan santai, sama sekali tak tersinggung dengan ekspresi tak nyaman Derrel berada di tempat ini.

" Yunita. Mereka bikin rencana. "

Hanya dengan kalimat sesingkat itu, Derrel mengerti pilihan nya mempercayai Keino sudah benar. Cowok itu tidak akan pernah menghianatinya.

___________________

Derrel bahkan tidak membiarkan para bodyguard nya memimpin jalan, ia langsung berlari menerobos kedepan, mendobrak pintu gudang dengan bahu nya sendiri. Setelah mendapatkan pesan sebuah alamat, tanpa penjelasan apapun dari Keino. Derrel langsung meluncur ke tempat ini dengan ekspresi tegang.

Pintu terdobrak.

Mata Derrel menatap nyalang, pada dua orang cewek yang memakai seragam Star Galaksi menggenggam tangan lemas Della dengan erat, dengan kondisi Della-nya yang tak sadarkan diri.

Keiya bersamaan dengan Titan langsung menyingkir sejauh mungkin dari tubuh Della, mendapati tatapan membunuh Derrel pada mereka.

Derrel langsung beranjak ke sisi Della, menarik badan Della ke dalam pelukan nya. Suara racauan tersiksa terdengar begitu lirih, dengan suara tersendat-sendat.

"Jan-jagan tinggal-lin Della sen-dirian. "

" Jangan. Pergi."

Derrel semakin erat memeluk Della. Seragam Della terasa lembab oleh keringat nya yang sejak tadi meluncur, badan cewek itu juga panas.

"Gue ada disini Del. Tuan Putri. Ada pegawal pribadi anda di sini. Jangan takut. Gue ga bakal ninggalin lo. "

Derrel langsung membopong Della keluar dari tempat itu, suara nya terdengar tajam saat ia berucap, " Bakar tempat ini, jangan biarin ada satu sudut pun yang tersisa, ratain, gue ga bakal biarin ada satu pun tempat jadi kenangan buruk buat Della. "

Chiko menghalangi tubuh Derrel, melihat wajah pucat Della. Sebelum Chiko mengulurkan tangan nya menyentuh wajah Della, suara tajam Derrel menginterupsi, matanya menatap tajam.

" Ga bakal gue biarin lo nyentuh Della! "

Chiko mengeram, " Dia sahabat gue, gue berhak tau kondisi nya. "

Derrel mengangkat alisnya tajam, " Sahabat? Bukan nya udah dari lama bangat ya, lo ngarep Della bales perasaan lo itu. Jangan lupa, dari kecil cowok yang Della suka cuma gue. "

Hanna yang melihat perdebatan yang tidak akan berhenti, mulai melerai, " Lebih baik lo bawa Della ke rumah sakit sekarang Derrel. "

" Mereka berdua biar gue yang urus." lanjut Hanna sambil menggedik pada Titan dan Keiya.

Derrel langsung berderap meninggalkan gedung kosong itu, diikuti setengah bodyguard nya, setengah nya lagi masih menunggu Chiko dan Hanna di tempat itu.

"Lo berdua ikut gue! "

Hanna mulai membalikan badan, berjalan empat langkah sambil menyeret tangan Chiko. Langkah nya dadakan berhenti, kepala nya sedikit menoleh kebelakang, menyadari Titan dan Keiya tidak mengikutinya.

" Oh, atau kalian mau ikut kebakar di sini!"


🐧🐧🐧

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak💞

My ig : @flo_minerva
@moudithadebria

Stop It Mr Bullying (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang