45

255 12 0
                                    

Tak jauh dari sana Derrel memandangi itu semua dengan tangan mengepal. Ia sama sekali tidak suka melihat Della-nya tersiksa. Oleh sebab itu, mari kita singkirkan orang bejat yang sudah menghancurkan Della-nya.

"Jadi lo mau ikut dalam rencana gue. " suara Derrel terdengar dingin, dan jelas itu bukan pertanyaan.

Chiko menjawab tak kalah dingin nya, " Apapun buat Della."

______________

Della kembali masuk ke sekolah tiga hari setelah nya, walaupun Ranti dan Fahri sudah mengatakan tidak apa jika ia ingin bolos lagi. Della hanya membalas nya dengan senyum tipis, tetap beranjak ke sekolah dengan di jemput Derrel.

Berkali-kali cowok itu menatap nya terlalu lekat hingga Della sempat berpikir bisa saja bola mata cowok itu melompat dari tempat nya.

"Beneran gapapa? "

Della mendengus. "Lo udah tanya itu ribuan kali Derrel."

Jalanan ibu kota sudah terlihat padat, Della duduk bersandar memandangi pemandangan jalan lewat kaca mobil, kendaraan roda dua yang berlalu lalang, siswa berseragam putih abu-abu yang di bonceng ayahnya, pedagang asongan di tepi jalan, hingga segerombol siswa yang berangkat bersama menunggu angkot di tepi jalan.

Jika di pikir-pikir selama ini Della seperti hidup dalam kematian. Tiba-tiba saja ia rindu Mama nya, Ester. Ia rindu Papa nya, Javelin.

Bibir Della cemberut, ia merengek, menggapai-gapai tangan Javelin yang bergegas buru-buru ingin berangkat ke kantor nya.

"Della ga mau sekolah! " teriak nya cukup keras saat melihat Papanya baru saja hendak menutup pintu mobil.

Isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya, " Della ga mau ke sekolah kalau ga dianter Papa. Hiks. "

Ester bergegas memeluk putri nya, menenangkan putri kesayangan nya itu," Berangkat sama Mama aja ya sayang, nanti pulang nya kita beli es cream yang banyak. "

Della menggeleng, mewariskan sifat keras kepala milik Javelin, " Ga mau, Della mau Papa."

Baru belakangan ini Della kembali mengigat lagi segala kenangan manis bersama orang tua nya. Mata nya mulai memburam, kesedihan menghantam nya telak. Tenggorokan nya terasa kering, ia bergeming saat tanggan Derrel sudah meremas tangan nya lembut.

"Kita jalanin semua nya bareng-bareng ya. "

Della hampir saja tersedak, andai saja suasana nya tidak sedang sekelam ini, ia pasti akan tertawa terbahak-bahak. Dengan suara seperti tercekik ia berbicara, " Padahal waktu itu lo kayak nya gencar banget bully gue. "

" I-itu gue punya al-esan nya. " suara Derrel dadakan terdengar tergagap.

Della menaikan kedua alis nya, memandang Derrel dengan tatapan sedatar mungkin, " Apa? "

Stop It Mr Bullying (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang