Cerita tentang Taeyong yang arogan, gengsian, narsis, dan selalu ngatain Jisoo (anak pembantunya) dekil. Tentang Jisoo yang bilang benci sama Taeyong, tapi baper waktu Taeyong main ke rumah bawain salep jerawat.
Kalau Taeyong dan Jisoo yang setiap k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku baik-baik aja, Rosé."
"Syukurlah, aku pikir kakak kenapa-kenapa karena nggak ada kabar dari semalam. Semua panik nyariin kakak. Mereka kira kakak—" Rosé menggantung kalimatnya di seberang telepon. "Kakak udah ngabarin mereka? Sekarang dimana? Apa perlu aku jemput?"
Jisoo tersenyum tipis. Ia bangun pagi-pagi buta, sengaja tidak ingin Taeyong tahu ia menghubungi Bada, Rosé, dan Changmin. Changmin masih berada di Rusia saat ini.
"Aku udah ngabarin mereka, kok. Nggak perlu kamu jemput, nanti aku ke apartemenmu."
Setelah memastikan Rosé bisa mengatur jadwal kerjanya, Jisoo menutup panggilan. Salah seorang pembantu Taeyong mendatanginya dan memberikan senampan sarapan.
"Terima kasih," ucap Jisoo balik tersenyum ramah.
"Anda cantik sekali," puji pembantu paruh baya itu. Jisoo hanya bisa berterima kasih sekali lagi.
Perempuan itu pergi dan mengobrol di dapur dengan pembantu lainnya. Jisoo bisa mendengar samar obrolan mereka.
"Dia seorang model."
"Benarkah? Pantas. Cantik sekali, ya."
"Sepertinya hubungan mereka serius. Mr. Lee tidak pernah membawa perempuan ke rumah."
Jisoo memekik saat tangan seseorang melingkari pinggangnya. Lalu kecupan singkat yang terasa basah mendarat di pipinya. Dia shock. Sementara Taeyong, oknum yang melakukan itu, dengan santainya duduk di hadapannya dan meminum green tea hangat milik Jisoo. Kecupan Taeyong yang basah masih terasa membekas. Jisoo menyentuh pipinya dengan wajah memerah.
"Morning kiss, Sayang," sapa Taeyong tersenyum jahil. "Kenapa kamu cuma sarapan oatmeal sama pisang? Emang kenyang? Kamu, 'kan, suka ngabisin nasi goreng dua piring kalau sarapan." Taeyong ingat, dulu Jisoo banyak makan tetapi badannya masih tetap kurus.
"Itu dulu," jawab Jisoo lemah.
"Mau aku masakin nggak? Kamu nggak kangen sarapan nasi goreng? Kamu butuh tenaga ekstra setelah kejadian semalam, nggakpapa sarapan nasi sesekali."
"Nggak usah," kata Jisoo masih dengan suara lemah. Dia hanya mengaduk oatmeal tanpa minat.
"Beneran nggak mau? Padahal, nasi goreng buatanku enak banget."
Rasanya Jisoo ingin menangis saat ini. Semakin Taeyong menunjukkan perhatian untuknya, hati Jisoo semakin sakit karena sadar mereka tidak mungkin bersama. Sadar Taeyong tidak akan pernah bisa jadi miliknya. Terlebih semalam Taeyong baru saja mengungkapkan perasaan padanya.
Ya, semalam Jisoo sebenarnya masih terbangun ketika Taeyong menciuminya. Dia hanya diam menerima perlakuan dan mendengar ucapan Taeyong padanya. Ada rasa bahagia ketika Taeyong mengaku mencintainya, tapi di satu sisi, ia merasa takut dan sedih. Jisoo takut mematahkan hati Taeyong. Dia tidak ingin Taeyong sakit hati akan kenyataan, Jisoo sudah memiliki tunangan.