"Aku tidak mau tahu bagaimana caranya. Kamu ahlinya! Intinya, jangan sampai Jisoo membaca rumor gila dan komentar-komentar jahat itu."
"Aku mengerti. Sekarang, tidurlah. Jeno bilang kamu hidup tidak bertenaga seperti zombie. Tidak bisa tidur, makan tidak teratur, marah-marah tidak jelas. Kamu sedang berusaha membunuh dirimu sendiri pelan-pelan?!"
"Berisik sekali," balas Taeyong langsung menutup panggilan dari John D.
Sekarang, yang paling penting John D menyanggupi perintah itu. Taeyong tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Jisoo melihat komentar-komentar jahat di laman media yang memuat berita tentangnya. Taeyong sendiri bahkan tidak sanggup membaca tanpa berteriak dan mengumpat. Jeno, Will, John D, telinga mereka terasa pengang akhir-akhir ini karena mulut Taeyong yang tidak bisa dikontrol.
Tuan Lee yang mereka kenal dingin dan cuek mendadak jadi manusia berisik bermulut cabai. Mereka hanya harus bertahan seperti ini sampai Jisoo kembali. Hanya perempuan itu yang bisa mengendalikan Taeyong. Jisoo adalah alasan Taeyong bersikap absurd seperti sekarang.
Taeyong melempar ponsel ke meja. Membanting tubuh ke ranjang dan menatap langit-langit kamar. Bibirnya mendecih, kembali mengingat ia baru saja adu komentar dengan seseorang ber-user ID sooyantis. Orang itu dengan kejamnya berkata bahwa Jisoo gadis miskin, yatim piyatu, yang mencari uang dengan membuka baju di depan pria-pria kaya.
"HAH SIALAN!" pekik Taeyong. Kepala dan perasaannya kembali memanas memikirkan itu semua.
Tidak peduli siapapun yang ada di balik akun itu, sudah Taeyong tandai. Dia sudah menyuruh John D melacak identitas aslinya. Taeyong akan menuntut orang-orang itu.
"Kamu kemana lagi, sih, Jisoo? Hobi banget ngilang gitu aja," ucap Taeyong menjatuhkan pandangan di lukisan perempuan yang ada di kamar. "Kalau ada lomba ngilang dan matahin hati orang, kamu pasti juaranya."
Seperti orang gila, ritual setiap malamnya akhir-akhir ini adalah bicara pada obyek yang tidak bisa bersuara. Dia hanya butuh mengutarakan yang ada di kepala, meski ini tidak membantu sama sekali.
"Kejam ya kamu. Aku jadi makin benci. Suka ngilang tanpa pamit terus dengan lancang mondar-mandir di pikiranku." Taeyong tersenyum lebar. "Hm, tapi makin makin makin sayang juga."
Senyuman itu tidak luntur. Senyum miris untuk hubungannya dan Jisoo yang terlalu rumit. Saat Taeyong mengira semuanya sudah usai dan Jisoo bisa kembali ke pelukannya, ternyata Jisoo memilih mengasingkan diri.
"Kangen," gumam Taeyong berulang. Sampai dia terlelap. Membiarkan tubuhnya kedinginan karena hawa malam dengan leluasa masuk ke kamar lewat balkon yang pintunya terbuka. Bahkan ia tidak ambil pusing saat dingin itu melingkupi tubuh atasnya yang polos tanpa baju.
Beberapa hari ini dia tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan Jisoo. Berharap semoga Jisoo segera menghubungi dan membawa kabar bahwa ia baik-baik saja. Taeyong tidak pernah melepaskan ponselnya. Namun, sampai sekarang perempuan itu tidak kunjung menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U, Love U
FanfictionCerita tentang Taeyong yang arogan, gengsian, narsis, dan selalu ngatain Jisoo (anak pembantunya) dekil. Tentang Jisoo yang bilang benci sama Taeyong, tapi baper waktu Taeyong main ke rumah bawain salep jerawat. Kalau Taeyong dan Jisoo yang setiap k...