Cerita tentang Taeyong yang arogan, gengsian, narsis, dan selalu ngatain Jisoo (anak pembantunya) dekil. Tentang Jisoo yang bilang benci sama Taeyong, tapi baper waktu Taeyong main ke rumah bawain salep jerawat.
Kalau Taeyong dan Jisoo yang setiap k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bilang ke ibu kamu, saya kasih kelonggaran bayar kontrakan sampai minggu depan."
Jisoo yang sedari tadi terdiam di kursi mulai gelisah. Jemarinya saling bertaut erat, mencoba menghilangkan rasa takut. Bu Luluk, pemilik kontrakan, kembali menagih uang yang dijanjikan ibu akan dibayar hari ini. Sejak sejam yang lalu, Bu Luluk mengomel panjang lebar dan menumpahkan keluh kekecewaan pada Jisoo. Tetapi kini perempuan yang di sepanjang tangan kirinya dipenuhi gelang emas itu mulai bisa meredakan emosi.
"Maaf, Bu, sebelumnya. Kalau dibayar setengahnya dulu, boleh?"
"BAYAR SETENGAH? NGGAK BISA! KAMU TAHU NGGAK BANYAK YANG NYARI KONTRAKAN MURAH? INI UDAH MURAH MASIH DITAWAR!"
Tuh, kan, Jisoo memancing macan betina lagi.
"Iya, maaf, Bu. Jisoo cuma tanya."
"Pokoknya minggu depan bayar lunas. Kalau nggak, terpaksa rumah ini saya lepasin ke orang lain! Bilang sama ibu kamu, kerja dari pagi sampai malam nggak ada hasilnya. Listrik nunggak, air nunggak, sewa rumah nunggak, dikejar-kejar debt collector. Aduh! Hidup, kok, nggak guna," ujar Bu Luluk sambil berjalan keluar. Bahkan tidak mau repot-repot pamit. Bunyi kerincing gelang emasnya terdengar menyebalkan di telinga Jisoo.
Hati Jisoo rasanya sakit mendengar cemooh itu. Merasa kasihan pada ibunya yang dipandang sebelah mata. Mereka tidak tahu seberapa keras ibu mengupayakan yang terbaik untuk bertahan hidup.
Dengan lesu Jisoo beranjak dari bangku dan hendak menutup pintu. Sampai di ambang pintu, ia dikejutkan kehadiran Taeyong yang berdiri sambil menenteng banyak paperbag. Wajah Taeyong cengo. Jisoo bisa melihat Bu Luluk menjauh sambil terus memperhatikan Taeyong. Pasti Taeyong mendengar yang barusan mereka perbincangkan.
"Ngapain kamu kesini?!" semprot Jisoo galak.
Mobil BMW F30 milik Taeyong terparkir di halaman depan rumah. Mobil yang selalu bersih itu tampak kotor setelah melewati jalanan tanah yang basah di permukiman rumah Jisoo. Tubuh Taeyong dari atas sampai bawah dihiasi barang-barang mahal. Mulai dari topi sampai sepatu. Kontras dengan penampilan Jisoo yang hanya mengenakan kaos ungu polos dan celana jogger 35 ribuan yang dibelikan ibu di Tanah Abang.
"Bawain kamu salep jerawat, skincare, tas, baju, sepatu. Aku pikir kamu pengen kerja biar bisa beli semua keperluan cewek. Biar kayak anak-anak cewek di kelas." Taeyong menjawab masih dengan wajah bingung.
Hati Jisoo tersentuh mengetahui maksud Taeyong membelikan semua itu untuknya. Taeyong memang seperti itu, tidak pernah pelit pada teman-temannya. Jisoo pun tahu banyak teman-teman dekat Taeyong yang hanya ingin memanfaatkan keroyalannya. Namun, bukan itu yang Jisoo butuhkan saat ini.
"Emang aku minta kamu beliin semua itu buat aku? Bawa pulang sana!" seru Jisoo yang mulai masuk kembali ke rumah kecilnya. Meski kecil, Jisoo dan ibu menata rumah serapi dan sebersih mungkin agar tetap nyaman ditempati.