Taeyong melonggarkan dasi yang sedari tadi terasa mencekik leher. Dia menghela napas, lelah. Beberapa kali memijat pelipis, merasakan pusing yang menyerang sejak pagi.
"Lebih baik Anda istirahat di rumah," tegur Jeno yang mengekori Taeyong sampai ke ruangan kerjanya. "Anda tidak berniat bekerja di hari libur lagi, 'kan?"
Setelah seminggu lalu berhasil mengendalikan aksi protes para pegawai, mereka disibukkan dengan pengerjaan program-program yang sudah mereka janjikan. Saking sibuknya, jam tidur Taeyong tidak menentu. Dia hanya tidur dua sampai tiga jam sehari. Bahkan dua hari ini ia belum tidur sama sekali. Taeyong adalah orang yang perfeksionis. Selalu memastikan setiap hal dikerjakan dengan teliti, tanpa kesalahan. Di sisi lain, orang-orang terdekatnya tahu dia gila kerja. Di hari libur pun Taeyong sering menghabiskan waktu untuk bekerja.
Taeyong melihat arlojinya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sepertinya memang dia butuh istirahat agar tidak tumbang.
"Ya, aku akan istirahat di rumah," ucap Taeyong kemudian. Dia terkekeh menyadari Jeno masih menatapnya khawatir. "Aku akan menghabiskan hari liburku dengan tidur seharian. Jadi jangan berusaha meneleponku besok."
Jeno mengangguk dan tersenyum lega. Dia hendak keluar dari ruangan. Baru dua langkah, kembali berbalik.
"Saya baru ingat. Tadi Kak Luna menghubungi saya. Dia bilang Anda tidak membalas pesannya."
"Aku belum sempat ..." ucapan Taeyong terhenti begitu ponselnya berdering. Tepat sekali, subyek yang Jeno bicarakan meneleponnya. Taeyong memperlihatkan layar ponsel pada Jeno. Jeno pun hanya tersenyum dan pamit pulang lebih dulu.
"ADIK DURHAKA YA LO DI-CHAT CUMA DI-READ DOANG NGGAK DIBALAS!"
Refleks Taeyong menjauhkan ponsel kala suara nyaring Luna menyapa telinga.
"Seharian tadi sibuk rapat. Lagian ngapain gue bales chat lo yang isinya pamer naik pesawat? Lo pasti mau liburan sama Kak Onew, 'kan?" Taeyong memakai coat-nya dan keluar dari ruang kerja.
"Nggak. Gue di rumah lo."
"HAH?" pekik Taeyong tampak panik. "NGAPAIN, KAK?"
Tiba-tiba Luna mematikan sambungan telepon. Taeyong berlari ke parkiran sambil mengomel dalam hati. Pasalnya, banyak lukisan Jisoo yang ia gantung di rumah. Kalau sampai Luna tahu, pasti Luna akan berpikiran yang tidak-tidak. Jeno yang tidak pernah bertemu Jisoo saja menyadari perempuan yang ada di lukisannya. Apalagi Luna yang sudah mengenal Jisoo dengan baik.
Well, melukis adalah hobi Taeyong. Entah kenapa Taeyong sering memikirkan Jisoo saat sedang melakukan hobinya itu. Alhasil, ia sering melukis sosok yang mengganggu pikirannya.
Sepanjang perjalanan pulang, Taeyong menyuruh Will untuk mengebut. Tidak butuh waktu lama untuk tiba di rumah. Taeyong disambut dengan pemandangan Luna yang tengah menonton televisi dan memakan pizza ditemani Dalgom yang tergeletak manis di sampingnya. Dalgom sontak meloncat dari sofa dan menghampiri Taeyong.
"Kenapa nggak ngabarin dulu, sih, Kak?"
Luna menyesap wine. Menatap malas pada Taeyong yang mendudukkan diri sambil mengelus-elus Dalgom.
"Gue udah bombardir chat tapi nggak ada yang lo balas satupun ya."
Taeyong meringis melihat raut kesal di wajah Luna. "Maaf. Lo sendirian ke sini? Nggak sama Kak Onew?"
"Dia lagi perjalanan bisnis ke Belanda. Gue ada keperluan. Daripada nginep di hotel mending ke sini."
"Keperluan apa?"
"Tiffany ngundang gue ke Victoria's Secret Fashion Show. Dia ikut andil di pagelaran tahun ini."
Taeyong hanya manggut-manggut. Ia mengenal sahabat kakaknya yang merupakan desainer ternama itu. Setiap tahunnya, VS memang menggaet desainer kompeten untuk penyelenggaraan fashion shownya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U, Love U
FanfictionCerita tentang Taeyong yang arogan, gengsian, narsis, dan selalu ngatain Jisoo (anak pembantunya) dekil. Tentang Jisoo yang bilang benci sama Taeyong, tapi baper waktu Taeyong main ke rumah bawain salep jerawat. Kalau Taeyong dan Jisoo yang setiap k...