Kepala Jeno dipusingkan dengan tingkah Taeyong lagi kali ini. Kehadiran Jisoo berhasil membuat Taeyong kembali tertawa. Jeno merasa Taeyong lebih manusiawi sekarang. Di sisi lain, Jeno juga dibuat kewalahan karena Taeyong seperti remaja ingusan yang baru pernah berkencan.
Dia selalu bertanya pada Jeno tentang rekomendasi tempat kencan, hadiah yang bisa membuat perempuan luluh, bagaimana cara bersikap romantis, apa hal yang paling diinginkan perempuan dari prianya. Astaga, demi Tuhan Jeno juga awam soal perempuan. Ia hanya pernah berkencan sekali. Mereka pacaran selama lima tahun. Tapi ternyata, selama itu Jeno hanya menjaga jodoh orang. Perempuan itu kawin dengan pria lain.
"Tidak, maksudku," sahut Jeno memijit pelipis. Ia terdiam sebentar. Sosok yang membuatnya pusing justru asyik bermain ponsel.
Sudah satu jam Jeno duduk dengan Taeyong di sofa ruang kerjanya. Setelah membuat heboh satu kantor karena memberi karyawan makan siang gratis, bingkisan, dan bonus gaji, Taeyong meminta masukannya tentang cara paling romantis dan tak terlupakan untuk melamar Jisoo.
"Anda bilang dia suka pasar malam. Bagaimana kalau Anda mengajaknya ke sana lagi? Anda bisa melamarnya di bianglala, di ketinggian. Sambil melihat pemandangan New York yang indah di malam hari."
Satu alis Taeyong terangkat mendengar ide Jeno. "Dia benci ketinggian, bukan menangis bahagia, nanti dia menangis ketakutan. Dia suka ke pasar malam karena festival makanannya, bukan wahananya."
Senyum Taeyong tak kunjung luntur sedari ia membicarakan Jisoo. Luar biasa efek perempuan itu. Okay, ini pendapat ke sekian yang ditolak Taeyong mentah-mentah. Mungkin Taeyong tidak akan berhenti memaksa Jeno berpikir sebelum merasa puas dengan idenya.
"Dia suka makan, kalau begitu lamar saja dia di restoran mewah. Semua yang dia suka ada di situ, Anda, makanan, lamaran. Kenapa harus repot-repot?" ucap Jeno lelah.
Taeyong menunjuk Jeno dan siap memarahi keengganannya itu. Namun, pesan masuk dari Jisoo membuatnya beranjak dan mengambil jas yang tersampir di kursi kerja.
"Aku mau pergi dengan Jisoo. Jadi, aku beri waktu berpikir. Susun ide-idenya dalam satu draf dan kirim ke emailku nanti malam."
Tanpa mengindahkan protes Jeno, Taeyong bergegas keluar ruangan. Sejak tadi memang Taeyong mengirim puluhan pesan pada Jisoo. Baru satu hari mereka tidak bertemu, Taeyong merasa mereka sudah terpisah terlalu lama.
Siang itu, Taeyong menjemput Jisoo di apartemen Rosé. Menunggu di dalam mobil karena tidak ingin ada orang yang mengenalinya. Alasan Jisoo tidak ingin tinggal dengannya adalah karena media bisa mengganggu privasi mereka. Taeyong mencoba memahami, mungkin jika Jisoo ketahuan berkencan dengannya, Jisoo akan merasa tidak nyaman atau hal itu bisa mengganggu fokusnya ke karir.
Taeyong bisa mengenali Jisoo yang baru saja keluar dari apartemen dengan topi, kacamata gelap, dan masker yang menutupi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U, Love U
FanfictionCerita tentang Taeyong yang arogan, gengsian, narsis, dan selalu ngatain Jisoo (anak pembantunya) dekil. Tentang Jisoo yang bilang benci sama Taeyong, tapi baper waktu Taeyong main ke rumah bawain salep jerawat. Kalau Taeyong dan Jisoo yang setiap k...