° 08 °

255 66 2
                                        

Pagi hari Juna di mulai dengan tumpukan buku tugas milik kelasnya yang harus di kumpulkan ke ruang guru. Dean sang ketua kelas berhalangan hadir hari ini, sementara Aisha sang wakil jatuh pingsan pagi tadi saat upacara tengah berlangsung. Hal itu berujung dengan Juna yang harus mengumpulkan buku kelasnya setelah Bu Hani mengamanatkan tugas itu padanya.

"Wei! Bengong aja si Bapak," Sunu menepuk pundak Juna lumayan keras.

"Lo kalo gamau bantuin diem aja," Juna hanya memicingkan matanya.

Pasalnya pemuda itu hanya mengintili Juna ke ruang guru tanpa berniat membawa setengah buku di tangan Juna. Buku itu memang tidak berat, tapi keberadaan Sunu akan lebih bermanfaat bila ia membantu. Kalau saja ia tadi tidak bertemu dengan laki-laki ini saat melewati toilet, maka Juna tidak perlu terusik dengan keberadaan Sunu.

"Galak amat bro," Sunu memasang tampang megejek pada Juna.

"Udah sampe kelas C tuh, sana lo jauh-jauh," Juna menyenggol laki-laki di sebelahnya.

Juna tau intensi Sunu sedari awal, laki-laki itu pasti mengikutinya karena ingin menghampiri kecengannya di kelas C. Sangat mudah sekali di baca.

Sunu menunjukkan cengiran khasnya, "Hehe, tau aja lo maemunah, duluan okay bro."

Juna hanya mengerlingkan matanya dan kembali jalan menuju ruang guru. Koridor nampak semakin sepi karena Juna yang memang sengaja mengumpulkan buku saat waktu istirahat akan habis.

Laki-laki itu mengetuk pintu di ujung lorong sebelum akhirnya masuk mengumpulkan buku. Ruang guru nampak tidak terlalu ramai karena beberapa guru sedang bersiap untuk mengisi jam pelajar selanjutnya. Ia mengedarkan mata dan berhasil menemuka tempat Bu Hani duduk di sebelah pojok kanan.

"Bu ini buku kelas F," laki-laki itu menaruh buku di sisi kosong meja Bu Hani.

"Ahh, terima kasih Juna, setelah ini kamu pelajaran siapa?" Bu Hani yang sedang terlihat repot menengadah menatap anak muridnya itu.

"Pak Kris," Juna menjawab singkat.

"Wahh, kebetulan sekali beliau sedang pelatihan dan tidak dapat hadir. Jadi bisakah kamu membantu ibu memasukkan nilai?" Bu Hani bertanya setengah memohon pada Juna.

Juna yang memang tidak ada kerjaan di kelas memilih untuk membantu gurunya tersebut. Ia lebih memilih untuk direpotkan oleh guru daripada harus mendengar cerita Sunu tentang pujaan hatinya, mengingat kelas laki-laki itu juga sedang kosong.

Nyatanya kegiatan ia membantu Bu Hani untuk memasukkan nilai menyita cukup banyak waktu. Sepertinya kerjaan wanita itu sedang benar-benar menumpuk sehingga ia langsung pergi begitu saja setelah membelikan Juna makan siang sebagai tanda terima kasih.

Pemuda itu berjalan santai tidak ingin cepat sampai kelasnya. Baginya yang sangat suka keheningan, jangan harap hal itu bisa di dapatkan di kelas mengingat keberadaan duo berisik Sanha dan Haechan.

Pemuda itu tidak memperhatikan sekitarnya sampai seorang gadis melewatinya.

"Eh tunggu," laki-laki itu berbalik memanggil gadis itu.

Sang gadis terdiam kaku, menyumpah dalam hati karena semesta yang tidak berpihak dengannya. Ia memantapkan diri dan memutuskan untuk berbalik menghadap laki-laki tersebut.

"Iya kenapa?" gadis itu berucap.

"Kayaknya gue kenal lo deh," Juna mengangkat alisnya.

"Ahh, gue Shasha!" gadis itu berkata semangat dengan senyum manis di wajahnya. Tidak lupa ia menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Oh, beda orang kali ya," Juna berjalan pergi tidak mengindahkan tangan Shasha.

"Anjing laki-laki brengsek," Shasha memaki dalam hati, kesal dengan perilaku laki-laki itu.

Bitter PunchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang