° 11 °

257 57 4
                                    

Di pagi yang masih terbilang buta, seorang laki-laki tengah menyapu kelas untuk memenuhi kewajiban piketnya hari ini. Ia memeriksa beberapa laci meja teman-temannya untuk memastikan tidak ada lagi sampah yang mereka timbun. Kegiatan paginya terusik kala seorang gadis memunculkan kepalanya di ambang pintu.

"Lo ngapain Sha, celingukan di kelas sendiri?" laki-laki itu menaikkan alisnya heran.

"Good mowrning anak rajinn! Pengen ngecek aja, gue yang dateng pertama apa nggaa," gadis itu tersenyum lucu sebelum masuk kelas.

Sang laki-laki hanya menggelengkan kepalanya. Suka tidak habis pikir dengan tingkah gadis yang terkenal banyak tingkah dan ramai di kelasnya itu.

"Bomin udah ngerjain PR belomm?" gadis itu menatap laki-laki yang masih sibuk menyapu.

"Udah, tumben lo mau nyontek?" bagaimana tidak heran, pasalnya Shasha itu anak berisik tapi pintar dan rajin mengerjakan tugas.

"Hih suudzon aja lo, gue kan nanya formalitas biar keliatan perhatian ajaa," gadis itu mencebik kesal.

Bomin tertawa kecil mendengar jawaban Shasha. Tingkah berisik gadis itu yang selalu ekspresif memang menggemaskan. Tidak heran sebenarnya jika banyak siswa yang menaruh perasaan pada gadis itu, ya sayang saja gadis itu tidak peka.

"Kenapa lo liatin gue sebegitunya? Terpesona yaa~" gadis itu tersenyum jahil dengan mengedip-ngedipkan matanya genit.

"Sangat percaya diri sekali anda Nona?" laki-laki itu mendelik kesal menjawabnya.

"Hahaha, udah ah gue mau sarapan di kantin jangan kangen," gadis itu melesat keluar kelas tidak ingin mendengar sang ketua kelas memisuh.

Shasha mengela nafas pelan sebelum berjalan dengan tatapan datar menatap lantai. Percakapan singkat tadi lumayan memperbaiki mood nya yang sempat hancur tadi pagi. Jika saja bukan karena pemberitahuan bahwa akan diadakan pemadaman listrik bergilir pukul 6 pagi, ia tidak perlu repot memaksakan diri berangkat pagi ke sekolah tanpa sarapan.

Gadis itu merutuk kesal, sedikit menghentakkan kakinya. Tidak menyukai momen saat ia jadi tak bisa berhemat.

Gadis itu terdiam mengatur ekspresinya setelah merasa ada yang mengawasi. Shasha semakin terdiam kala melihat siapa yang berdiri di depannya, memiringkan kepalanya, gadis itu memasang tampang bingung. Berpikir, ada perlu apa laki-laki itu berdiri mengahalangi jalannya.

"Gue tau lo Kara," singkat tapi membuat gadis itu cukup bingung.

"Haha, Kara siapa Jun? Gue taunya Kara nama girlband Korea," gadis itu tertawa garing bingung harus menjawab apa.

"Gausah ngeles si Kar, ngaku aja udah," Juna menaikkan alisnya.

Laki-laki itu sendiri juga bingung dengan yang dilakukannya sekarang. Keberanian dan keyakinan darimana dia menuduh gadis di depannya tanpa bukti. Hanya saja, saat melihat gadis itu memasang wajah datar dari kejauhan, ia yakin sekali kalau dugannya benar.

"Lo mabok ya Jun? Gue Shasha, emang Kara siapa si?" gadis itu berusaha meyakinkan laki-laki di depannya.

"Yaila Kar, gue ga gampang di begoin kali," laki-laki itu tersenyum miring.

Koridor masih sepi pagi itu. Waktu baru menunjukkan pukul 6 kurang, sementara sekolah masuk pukul 7.15 pagi. Gadis itu melihat sekelilingnya, bersyukur ternyata hanya ada mereka di koridor.

Brakk

"Terus mau lo apa kalo tau?" gadis itu menatap datar laki-laki yang telah ia sudutkan pada dinding.

Gadis itu memiliki tenaga yang tidak main-main, membuat Juna benar-benar terkejut. Ia tidak menyangka bahwa akan berada di posisi ini, dimana tangan gadis itu tengah menahan lehernya hingga ia sedikit tercekat. Entah ini anugrah dari semesta atau tidak, nyatanya tebakan asal dia benar terbukti.

Bitter PunchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang