Gadis itu turun setelah perjalanan yang terasa lama bersama laki-laki di depannya itu. Pagi ini, sesuai perjanjian, Juna menjemput Shasha di halte dekat kontrakan gadis itu. Perjalanan menuju sekolah di penuhi dengan umpatan kecil Shasha karena Juna yang membawa motor seperti orang kesetanan.
Selama perjalanan sekiranya Juna sudah dua kali berhenti mendadak karena tidak memelankan laju motornya saat lampu kuning. Gaya ugal-ugalannya membuat Shasha mau tak mau memeluk kuat tas laki-laki itu, tenang saja tidak ada modus antara mereka selama perjalanan.
"Lo tuh ya, ngapain si ngebut-ngebut?" untungnya mereka sampai saat parkiran masih sepi, jadi sang gadis bisa dengan leluasa mengomel.
"Ya kalo ga suka gausah nebeng," laki-laki itu mengedikkan bahunya.
"Ihhh," sang gadis hanya bisa menekan amarahnya.
Laki-laki itu tersenyum kecil, tingkah gadis di depannya itu benar-benar menarik. Ia akui untuk yang kesekian kalinya bahwa Shasha itu cukup menggemaskan dan mampu memberikan Juna hobi baru, hobi untuk mengganggu gadis itu hingga kesal.
"Yaila marah-marah mulu nanti cepet tua," laki-laki itu mengacak pelan rambut sang gadis.
"Wei Jun, bisa romantis juga lo ternyata," terlihat Han yang baru saja memarkirkan motornya.
Laki-laki itu langsung menarik tangannya canggung, tidak sadar akan perlakuannya barusan. Sementara sang gadis sudah menunduk malu berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan rambut. Bersamaan dengan Han yang berjalan mendekat, Shasha dengan segala tenaganya langsung berlari pergi dari parkiran.
Juna yang memperhatikan gadis itu kembali tersenyum kecil, "Lucu."
"Ngapain diem? Ayo masuk," Han merangkul Juna berjalan menuju kelas.
Di lain tempat, Shasha masih berjalan cepat dengan menunduk. Ia merutuki dirinya sendiri yang sempat terpaku tadi.
"Anjing bego banget ihh, rambut yang di acak kenapa malah hati gue yang acak-acakan," gadis itu bermonolog dalam hati.
Brukk
Saking malunya, gadis itu sampai tidak memperhatikan jalannya. Ia sedikit terdorong mundur saat menabrak seseorang yang ia pikir mungkin laki-laki.
"Eh maaf, maaf," Shasha berucap masih dengan wajah yang menatap lantai.
"Lo kenapa nunduk terus?" laki-laki itu menyentuh dagu Shasha untuk melihat wajah gadis itu.
"E—eh Felix," gadis itu terkejut, berharap semoga mukanya sudah netral sekarang.
"HAHAHA, muka lo kenapa anjrit merah banget," ternyata semesta tidak memihak pada gadis itu.
"Ah jangan gangguin gue dulu," gadis itu menepis tangan Felix yang masih memegang dagunya.
"Eehh tungguin gue! Ayo ke kelas bareng," laki-laki itu berusaha menyamakan langkahnya dengan Shasha yang jalan lebih dulu.
"Santai aja si Sha, malu-malu kucing itu wajar ko," laki-laki itu merangkul Shasha setelah berhasil menyamai langkahnya.
"Berisik ih Felixx," mereka pun berjalan dengan pertengkaran kecil menuju kelas.
Juna yang memang berjalan tidak jauh di belakang Shasha makin tersenyum melihat kejadian tadi. Gadis bipolar yang baru di kenalnya itu memang bisa di bilang unik dan cukup menarik untuknya.
"Lo kenapa dah daritadi senyum-senyum, tumben?" Sunu yang entah kapan sudah menggantikan Han di sebelahnya datang menyeletuk, menghancurkan lamunan Juna.
"Ga, gapapa."
♤♡◇♧
Gadis itu duduk di salah satu kursi yang disediakan di sepanjang koridor. Rencananya gadis itu akan ke kantin, tapi ia harus menunggu Dinda yang tak kunjung menyelesaikan tugasnya. Pikirnya daripada merasa suntuk di dalam kelas, lebih baik ia keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Punch
Ficção AdolescenteFrom stranger to partner. Beratnya keadaan terus memaksa Shuhua (Shasha) untuk hidup mandiri dengan kenangan buruk yang selalu menghampirinya tiap malam. Bertahan hidup dengan dengung lonceng, peluh, dan sorakan. Renjun (Juna) dengan hobinya akan se...