Seorang gadis cantik dengan malas melangkahkan kakinya menuju kelas. Beberapa hari ini ia benar-benar tidak ingin sekolah hanya karena satu perkara, atau lebih tepatnya satu oknum, Rendy Arjuna Hengkara.
Semenjak laki-laki itu berhasil mengetahui identitas Shasha yang merupakan top player arena tinju, Kara, ia tak pernah berhenti mengganggu harinya.
Ancaman tentang membunuh juga tidak menakuti Juna sama sekali, ya karena pemuda itu juga tahu kalo sifat asli Shasha tidak begitu. Alias ya mana berani Shasha bunuh orang, mukul orang di luar ring aja dia ga mau.
"Cowo bajingan," Shasha memaki pelan mengingat ia sudah ada di lingkungan sekolah.
Pasalnya laki-laki itu bisa muncul dimana saja hanya untuk membuat kesabaran Shasha habis. Gadis itu pikir, ia dapat dengan tenang memerankan gadis ramah nan baik seperti yang biasa ia lakukan. Nyatanya, hal itu hanya harapan palsu yang harus ia buang jauh-jauh. Juna gemar sekali muncul untuk sekedar memancing amarah Shasha tanpa tahu tempat. Ia sering melakukannya di depan teman-teman gadis itu, tahu pasti bahwa gadis itu tidak bisa meledak dan harus menekan emosinya.
Suasana kantin sedang ramai siang itu. Para siswa yang sudah menahan lapar sudah memenuhi pelosok kantin, mengeluarkan suara berisik yang saling tumpang tindih untuk memesan makanan.
"Eh masa gue ada gosip baru," Lia bersuara antusias di antara keramaian itu.
Mendengar kata 'gosip' langsung saja dua gadis yang mengisi meja kantin tersebut memasang telinga, ingin mendengarkan. Satu gadis lainnya terlihat tidak peduli dan lanjut memakan camilannya, sesekali melongokkan kepala mengecek pesanannya sudah jadi apa belum.
"Lo semua pada tau Gyan ga si?" Lia melanjutkan ucapannya.
"Tau tau, konglomerat ganteng anak sekolah sebelah kan?" Dinda berseru semangat, gadis itu memang penggila lelaki tampan.
"Jadi katanya ada yang liat dia masuk bar sekaligus arena tinju gitu," Lia berkata, "dan lo tau apa yang wah?"
"Apa ih buruan gue kepoo," Aisha yang duduk di samping Lia mengguncang tubuh gadis itu pelan.
"Dia di sana bareng Juna juga anjirr," Lia menutup gosip nya kali ini dengan puas.
Dinda dan Aisha sebagai pendengar membulatkan mulutnya kaget sekaligus tertarik. Pertanyaan semua orang saat tahu gosip ini tentu saja satu, apa hubungan antara Juna dan Gyan? Gadis yang menggilai mereka berdua tentu saja antusias ingin tahu dan memikirkan interaksi antara keduanya.
Shasha, gadis yang sedari tadi hanya mengunyah camilannya berdecak pelan. Tentu saja berpikir bahwa gadis-gadis yang satu meja dengannya ini terlalu berlebihan dalam mengagumi mereka berdua.
"Apa jangan-jangan mereka berantem ya? Kan di arena tinju tuhh," Aisha berucap setelah memecah lamunannya.
"Keren kali ya kalo mereka berantem by one gitu, pasti semuanya bakal kalah," Lia mengawang membayangkannya.
Mereka bertiga tidak sadar jika Shasha sedang menahan gondok setengah mati. Jika bukan karena perutnya yang memberontak minta diisi, ia akan memilih pergi daripada mendengarkan percakapan gila ini.
"Iya tuhh, kan Juna kayaknya anak berandal gitu jadi bisa berantem lah, kalo Gyan pasti diajarin cara ngelindungin diri sendiri, secara dia pewaris perusahaan besar," Dinda ikut menimpali dengan khayalannya sendiri.
"Top player di sana pasti pada kalah," Aisha melanjutkan.
"Ga mungkin lah top player di sana pada kalah, iya kan Sha?" secara tiba-tiba orang yang di bicarakan muncul, menghancurkan lamunan ketiga orang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Punch
Teen FictionFrom stranger to partner. Beratnya keadaan terus memaksa Shuhua (Shasha) untuk hidup mandiri dengan kenangan buruk yang selalu menghampirinya tiap malam. Bertahan hidup dengan dengung lonceng, peluh, dan sorakan. Renjun (Juna) dengan hobinya akan se...