"I think we are on the same boat."
Shasha memandang sang pemilik kamar datar, masih berusaha mencerna maksud perkataannya. Untuk apa Juna mencari tahu tentang kejadian 5 tahun silam itu? Apa kaitan laki-laki itu dengan peristiwa tersebut?
"Tolong jelasin lebih detail kejadian hari itu," Juna membuka suara kembali.
Awalnya gadis itu ragu, namun ia cukup pintar untuk mengerti bahwa peristiwa tersebut sama berpengaruhnya pada Juna selain pada Shasha sendiri.
"Hari itu sasana dibubarkan lebih cepat dari biasanya--"
"Baik semuanya, seperti yang sudah di beritahukan hari Selasa kemarin, hari ini kalian akan di pulangkan lebih cepat menjadi pukul 4 sore. Jadi kalian boleh membubarkan diri sekarang," seorang Mark Tuan yang usianya baru menginjak 22 tahun itu bersuara.
Kedua belas anak kecil itu bersorak senang dan langsung membubarkan diri mereka. Anak kisaran 10-12 tahun bergegas mengosongkan sasana untuk pulang bersama para pejemput mereka.
"Shasha pulang kapan?" Mark menepuk pundak Shasha.
"Nanti aja masih belom di jemput," Shasha tersenyum ramah dengan membereskan alat-alatnya.
"Bang Mark pergi dulu sebentar ya, mau ngumpulin berkas lomba," ucap laki-laki itu seraya mengacak rambut Shasha.
Gadis itu cemberut karena rambutnya menjadi berantakan. Hubungan Shasha dan pelatihnya itu memang cukup dekat, Mark sudah menganggap Shasha sebagai adiknya sendiri.
Sepeninggal laki-laki itu, Shasha memilih untuk mengeratkan jaketnya. Suasana sasana sudah sepi, hanya dirinya sendiri yang tersisa. Lampu juga hanya menyala beberapa yang membuat kesan remang-remang. Saat gadis itu kembali merapihkan barangnya, tempat minum yang biasa ia taruh di lantai itu tidak sengaja tersenggol hingga menggelinding ke bawah ring.
Gadis itu langsung melongokkan kepalanya pada bagian bawah ring. Ah ternyata tempat minumnya menggelinding lumayan jauh.
"Yahh, kotor banget lagi di bawah situ, tapi sayang tempat minumnya kalo ga aku ambil," gadis itu akhirnya memutuskan masuk ke bawah ring, berusaha menggapai tempat minum yang ternyata semakin jauh ke dalam.
Gadis itu tersenyum saat berhasil meraih tempat minumnya. Jika ia tahu akan menggelinding sejauh ini, mungkin akan lebih mudah bagi Shasha untuk masuk dari bagian ring yang lain.
Brakk
"Tolong, saya tidak pernah membuat salah dengan Anda," suara wanita nampak masuk pada pendengaran Shasha. Membuat sang gadis terdiam.
Dari celah kain yang menutupi bawah ring, Shasha bisa melihat sepatu pria yang diduganya sebagai lawan bicara sang wanita. Tidak ada balasan dari pria tersebut. Hanya hening yang menyelimuti.
Bruk
Shasha tidak mendengar apa-apa, namun kejadian itu terjadi dengan sangat cepat. Tiba-tiba wanita yang ia yakini tadi sedang memohon itu terkapar di atas lantai. Darah mengalir dari tubuhnya, membuat Shasha memekik tertahan. Gadis kecil itu ingin menangis setelah melihat pembunuhan dengan mata kepalanya sendiri.
Kepala wanita itu terkulai lemas menghadap Shasha, "T-tolong.." rintihnya.
Jiwa gadis yang belum genap berumur 12 tahun itu terguncang. Masih menahan mulutnya untuk tidak teriak, berpikir bila ia akan ikut dibunuh jika ketahuan sebagai saksi.
"Ah ya baik, saya akan menghilangkan bukti," suara berat pria mengisi ruangan.
Shasha lemas, wanita di depannya sudah tak bernyawa. Ia tidak dapat berkutik saking kagetnya. Gadis itu baru sadar sepenuhnya setelah bau asap memenuhi indra penciumannya, membuat ia sedikit terbatuk-batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Punch
Dla nastolatkówFrom stranger to partner. Beratnya keadaan terus memaksa Shuhua (Shasha) untuk hidup mandiri dengan kenangan buruk yang selalu menghampirinya tiap malam. Bertahan hidup dengan dengung lonceng, peluh, dan sorakan. Renjun (Juna) dengan hobinya akan se...