° 07 °

266 61 4
                                    

Peluh membasahi seluruh wajah laki-laki tersebut yang nampak duduk di pinggir lapangan, setelah melakukan 1 set permainan. Hari ini adalah jadwalnya untuk melatih tim futsal. Sang pelatih yang memiliki tugas ganda sebagai pelatih tim sekolah juga sebagai pelatih tim provinsi, membuatnya sering absen dan mengamanatkan tugasnya pada Juna. Tentu saja sebagai ketua yang bertanggung jawab ia bersedia untuk melakukannya.

Tapi ternyata murid baru yang mendaftarkan diri sebagai anggota futsal terbilang banyak. Mereka mendaftar dengan beragam alasan, tapi paling dominan karena untuk terlihat keren di depan gadis-gadis. Alasan sampah yang sangat merepotkan dan menambah bebannya menurut Juna.

"Emang keahlian lo ga bisa di raguin deh Jun," Han, salah satu anggota futsal ikut terduduk di samping laki-laki itu.

"Gila, pengaruh lo besar juga ya Jun, pendaftar tahun ini banyak banget," Sunu diikuti Bomin juga duduk di pinggir lapangan.

"Liat aja tuh cewe-cewe pada ngeliat ke sini semua, gimana ga pada mupeng masuk futsal," Han melirik ke arah kumpulan gadis di pinggir lapangan.

"Gatau ah, nambah beban gue aja," sang ketua menidurkan tubuhnya tidak peduli sinar matahari yang menyilaukan.

Para lelaki itu melanjutkan percakapan mereka, tidak menghiraukan beberapa gadis yang berteriak tertahan melihat laki-laki populer di sekolah itu sedang dalam satu lingkaran dengan peluh yang mengalir menambah kesan tampan pada wajah.

"Eh ayo main lagi, gantian," salah satu anggota futsal berucap mengintrupsi sekumpulan laki-laki itu.

Mereka akhirnya mengakhiri sesi istirahat mereka dan kembali bermain. Tentu saja permainan mereka ini akan menjadi berisik, karena sorak-sorakan beberapa gadis yang sengaja mendudukkan diri di pinggir lapangan. Menunggu para anak populer itu menunjukkan kebolehannya.

Shasha berdiri menyenderkan diri pada salah satu tiang sembari bersedekap, memperhatikan lapangan tak jauh dari gerombolan gadis yang sedang asik membicarakan para anggota futsal.

"Dih so ganteng banget anjrit," Shasha mencibir dalam hatinya.

Gadis itu memperhatikan lapangan benar-benar dengan tatapan remeh. Rasanya ia ingin menyumpah serapahi salah satu anggota futsal yang sedang bermain itu, memang melihat wajahnya saja membuat Shasha langsung merasa kesal.

Sang ketua futsal berhasil mencetak gol dan melakukan selebrasi dengan teman setimnya. Kumpulan gadis-gadis makin bersorak kala Juna menunjukkan senyum sumringah yang jarang ia tampilkan selama ini.

"Tai giliran di sekolah tebar pesona mulu gembel," Shasha makin giat memaki laki-laki itu.

Entah kenapa walaupun perasaan gadis itu kian lama kian kesal, tapi ia tidak berniat untuk berpindah maupun pergi dari tempat itu.

"Ehh, lo tau kan yang gosip-gosipnya Juna itu ahli judi," seseorang dari gerombolan para gadis berucap pada temannya.

"Emang pemain judi anjir, gosip palalo kejedug," Shasha menjawab perkataan gadis itu dalam hatinya.

Tentu tak mungkin ia berucap segara gamblang karena harus menjaga image-nya sebagai gadis ramah yang baik hati dan tidak suka mencampuri urusan orang lain.

"Wah keren banget dong multitalent," gadis satunya menjawab antusias.

Dua gadis itu kembali bergosip ria menganggap bahwa bila rumor itu benar adanya, malah akan menambah pesona seorang Juna.

"Dih goblok, gadis-gadis bodoh, bucin ternyata bikin buta ya," Shasha makin dongkol mendengar percakapan kedua gadis itu.

Shasha tidak sadar bahwa sedari tadi ia menatap sang topik pembicaraan dua gadis itu dengan sengit. Ia juga sesekali menghentakkan kakinya pelan, menahan diri untuk tidak meluapkan kekesalannya itu.

Bitter PunchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang