~Vicky Pov~
BRAAAKKK!!!
Aku langsung menutup pintu kamarku dengan keras saat melihat sesuatu di kamarku. Seperti seorang laki-laki bertubuh hitam dengan banyak bulu dan seorang wanita berpakaian putih lusuh dengan rambut acak-acakan. Belum lagi wajah mereka mengerikan.
Sial apaan tuh? Hantu atau hanya imajinasi. Baru kali ini aku melihat mereka dengan jelas.
Gila
Bisa gila aku.
Aku menelan ludah. Tubuhku sudah menggigil. Bulu kudukku meremang dan jantungku masih berdegup sangat kencang. Tubuhku sulit untuk di gerakkan.
Bagaimana bisa aku melihat semua itu? Bukannya sampai kemarin hanya bayangan hitam saja yang terlihat atau sosok yang samar-samar. Tapi entah kenapa tadi terlihat jelas.
"M...Ma!!! MAMAAAA!! teriakku memanggil mamaku.
Aku butuh seseorang...
!!!
Mataku melebar melihat kepala yang keluar dari daun pintu. Kepala wanita dengan wajah hancur penuh darah, dengan rambut panjangnya itu sukses membuatku jatuh terduduk. Mata kami berdua bertemu. Dia menatapku dengan pandangan aneh yang mengerikan. Ada senyum terukir di bibirnya lalu suara tawa yang mengerikan terdengar. Sontak saja aku menutup kedua telingaku dan memejamkan mataku rapat-rapat.
"Astaga Vicky?!!" suara mama membuatku membuka mata, "kamu kok..ada apa sayang?"
Kepala yang nongol tadi sudah tidak ada. Kini aku merasakan kedua tangan mama melingkar di leherku. Mama memelukku.
"Ada apa Vic? Kenapa kamu nangis kayak gini?"
Aku baru sadar kalau air mataku menetes. Mungkin karena rasa takut yang berlebihan membuat air mataku keluar.
"Me...mereka ada di kamarku ma," kataku dengan susah payah, "aku nggak tau itu apa tapi ada dua yang di kamarku."
Biasanya aku tidak pernah cerita kalau aku di ganggu supaya mama tidak takut. Tapi kali ini aku sudah tidak tahan.
Mama membuka kamarku dan aku langsung memejamkan mataku lagi.
"Nggak ada apa-apa sayang. Mungkin kamu terlalu capek jadi kamu berhalusinasi?!"
Aku menelan ludah. Mereka terlalu nyata untuk disebut halusinasi. Aku melihat wujudnya dengan jelas, tidak seperti biasanya.
"Ugghh..." aku memegang kepalaku.
Pusing. Udara di sekelilingku rasanya menjadi berat.
Sial.
"Vicky...kamu nggak apa-apa?"
Aku membuka kedua mataku dan menatap mama yang terlihat khawatir. Di mata mamaku mungkin aku terlihat menyedihkan.
"Ma..."
Mama kembali memelukku.
"Aku nggak mau di sini. Aku nggak mau masuk ke kamarku."
"Kamu bisa tidur sama mama dan papa."
"Ada apa kok ribut banget??" sebuah suara berat terdengar dari kamar sebelah.
"Ini si Vicky ngeliat sesuatu," balas mama.
"Ngeliat apa? Hantu? Hehehehe..." papa masih bercanda.
Dia tidak tau kalau anaknya sedang kesulitan seperti ini. Tapi harus aku akui jika candaan papa membuatku menjadi lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo ( TAMAT)
RomanceDunia Vicky terbalik 180° setelah dia pergi berkemah. Eksistensi di luar nalar mulai menghantui hidupnya. Begitu juga saat teman pertama hadir dalam hidupnya. Apakah memang murni ingin berteman atau ada maksud tertentu?