23

146 18 2
                                    

~ Kunkun Pov ~

Setelah aku diusir dari makam umum yang ada di desa sebelah. Aku memutuskan untuk melakukan pekerjaanku sebagai bawahan kanjeng ratu. Sang ratu memerintahkan untuk. Menanam janin. Itu pekerjaan yang rutin aku lakukan untuk saat ini. Di mana aku harus mengambil janin yang siap petik saat wanita-wanita itu tertidur. Lalu memindahkan janin itu di tubuh wanita lain. Padahal wanita penerima janin itu akan mengalami rasa sakit yang tak tertahankan saat janin memasuki rahimnya. Tapi mereka rela menahan rasa sakit itu untuk mendapatkan seorang anak. Awalnya aku menganggap bahwa itu semua adalah salah satu kebodohan manusia yang tidak pernah bisa mengucapkan rasa syukur. Bukankah setiap manusia dilahirkan dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing?! Tapi manusia tetaplah makhluk yang sempurna. Itulah yang membuat kami iri. Kami tidak mempunyai apapun untuk dipamerkan. Wujud kami tercipta karena imajinasi manusia. Peran kami di dunia ini sebagian besar hanya untuk membahagiakan manusia. Kami yang memiliki kekuatan lemah hanya bisa diperintah manusia untuk melakukan sesuatu. Sedangkan makhluk yang kuat akan menjadikan manusia sebagai pionnya. Tapi untuk menjadi makhluk yang kuat di butuhkan banyak tumbal dan waktu yang tidak sedikit. Itu bukan sesuatu yang mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Kalau melihat wanita yang sedang aku beri janin ini. Aku semakin mengerti perasaan seorang ibu. Selama ini aku tidak paham bagaimana rasanya. Tapi saat bertemu dengan Vicky aku sedikit lebih paham. Rasanya aku ingin memelihara anak itu dalam ruang lingkupku. Beberapa kali aku ingin menculiknya dan membawanya ke duniaku. Aku ingin merawatnya dan membesarkan dia seperti anakku. Aku bisa memberinya makan dan minum. Aku bisa membuatnya hidup dengan bergelimang harta. Kalau Vicky ada bersamaku, aku bisa berusaha menjadi makhluk terkuat untuknya.

Tapi apa...sekarang sudah tidak mungkin lagi. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Untuk mendekatinya saja sulit. Pelindung yang terlihat bersinar itu membuat makhluk seperti kami menjauh. Panasnya bisa membuat keberadaan kami menghilang. Tapi saat ini aku berniat untuk mendekatinya. Bukan karena ada alasan. Aku hanya ingin dia tau namaku.

Dengan penuh tekat aku mendekatinya. Beberapa kali harus menjauh karena hatiku belum siap. Saat ini dia sedang duduk berdua dengan Arthur. Aku tau Arthur..anak itu bisa menjadi teman Vicky. Aku cemburu. Andai saja aku terlahir sebagai manusia.

Panas ini membuat keberadaanku memudar. Aku terus terbang mendekati Vicky. Dan saat aku sudah hampir mencapainya. Aku mendekap kelapa Vicky sambil membisikkan sesuatu.

"Amira...namaku...Amira."

Dan perlahan-lahan aku mulai menghilang. Tapi sebelum benar-benar menghilang, aku melihat Vicky menatapku. Entah dia benar melihatku atau tidak. Tapi yang jelas dia memegang telinganya.

Panggil namaku...sekali saja.

"Amira..." desis Vicky.

Terima kasih...

Indigo ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang