14

154 18 0
                                    

~ Kunkun Pov ~

Bruuuggghhh...

Aku dan Gen langsung melihat ke pintu kamar. Di sana ada Vicky yang baru saja menjatuhkan tasnya. Aku senang sekali akhirnya dia masuk lagi ke kamar ini. Sudah beberapa hari dia tidur dengan orang tuanya. Aku terkikik senang.

"Vic..selamat datang. Hihihihihi... Kamu capek? Mau minum atau makan dulu?" tanyaku membabi buta seakan dia bisa mendengar suaraku.

Aku terbang memutari tubuhnya. Dia masih diam mematung sambil melihat lantai kamar.

"Bagaimana sekolahmu? Apa kamu dapat teman baru??" aku kembali bertanya sambil mengekorinya sampai dia duduk di kursi belajarnya.

"Maaf beberapa hari ini aku tidak bisa mengikutimu ke sekolah. Aku punya sesuatu untuk di kerjakan."

Ya...aku sedang melakukan perintah kanjeng ratu untuk mencuri bayi yang ada dalam rahim wanita hamil lalu memindahkannya pada rahim wanita lain yang kosong.

"Apa Gen bersamamu? Dia menjagamu kan?"

"Hentikan itu!! Aku menjaganya. Aku tidak mau di bilang malas olehmu," Gen menggerutu, "tapi dia melihatku. Rasanya..."

!!!

Aku langsung menatap Gen.

"Apa maksudmu???" tanyaku.

Gen yang duduk di tempat tidur Vicky berjalan mendekat.

"Kami saling bertatapan," jawab Gen tanpa keraguan.

"Dia melihatmu? Dengan wujud hitammu???"

"Bukan. Aku mengambil sosok yang lain."

"Benarkah???" tanyaku yang terdengar tidak percaya, "apa sekarang dia bisa melihat kita???"

"Mana kutahu. Coba saja tatap matanya."

Melayang di udara. Kepalaku ada di bawah dan kakiku di atas. Kepalaku berada tepat di depan wajahnya. Tapi yang aku lihat hanya tatapan kosong dari Vicky. Dia tidak melihatku.

Aku menghela nafas.

Dia benar-benar tidak melihatku.

"Aduh badanku rasanya nggak enak banget," Vicky memegang lehernya.

"Kamu sakit?? Kecapek'an??" tanyaku lagi yang tidak mendapat jawaban.

"Sepertinya sekarang dia bisa melihat dengan jelas. Tapi terkadang juga tidak bisa. Atau dia menolak keberadaan kita berdua sehingga hanya kita berdua yang sulit dia lihat," Gen duduk di atas meja Vicky.

Sebenarnya mereka saling berhadap-hadapan.

"Apa aku coba tutup saja mata batinnya supaya dia tidak bisa melihat makhluk seperti kita?" tanya Gen.

Uuhhh...

Aku tidak bisa menjawab. Di satu sisi aku ingin Vicky bisa melihatku dan berbicara denganku dari pagi sampai pagi lagi. Tapi di sisi lain aku juga kasian sama dia.

"Biarkan saja. Jangan lakukan apapun padanya. Kita cukup mengawasinya saja," kataku pelan.

Kali ini Vicky menyandarkan kepalanya di atas meja. Sebenarnya kepala Vicky ada di paha Gen. Karena Gen sedang duduk di atas meja.

"Apa kamu sakit?" aku kembali bertanya, "apa kamu butuh pijatan?"

Aku mencoba memijat tubuhnya dan tentu saja hal itu tidak punya dampak apapun padanya. Hari ini Vicky juga terlihat lelah.

Aku melihat Gen meniupkan sesuatu ke arah Vicky dan lambat laun Vicky mulai memejamkan kedua matanya. Tangan besar Gen mulai membelai rambut Vicky pelan. Aku tersenyum melihatnya. Vicky. Entah kenapa membuat kami ingin mengikutinya. Karena kalau melihat Vicky rasanya sulit untuk berpaling darinya.

Aku mengambil selimut dan meletakkannya di punggung Vicky.

Indigo ( TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang