*4.2

690 53 2
                                    

Clarisa masih berusaha untuk mengingat dan mempercayai ucapan pria didepannya itu.

"Aku belum pernah mengenalnya apa lagi bertemu dengannya, siapa dia?. "Pikir clarisa.

Tanpa clarisa sadari pria yang berada jauh dihadapannya itu mulai mendekat kearahnya, disaat yang bersamaan clarisa mulai menatap pria yang menjadi lawan bicaranya, dan dalam hitungan detik pria itu sudah benar-benar tepat didepan clarisa.

"Ba... Bagaimana, dan sejak kapan kau sudah didepanku?. "Ujar clarisa bingung.

Pria didepan clarisa masih setia menatapnya dengan senyum manis yang terukir diwajahnya.

"Aku sudah merindukanmu kembali, dan aku mulai berfikir bahwa aku tidak bisa jauh darimu. "

"Sorry sir, mungkin anda salah orang."ucap clarisa spontan dan hanya dibalas dengan senyuman.

Pria itu semakin mendekatkan dirinya kepada clarisa, ia mulai memembungkukkan dirinya untuk menyelaraskan tinggi mereka.

"Aku tidak akan salah orang untuk berbicara seperti itu. "

"Sorry mungkin anda sedang tidak sadar tentang apa yang anda bicarakan. "

"Satu hal yang harus kamu tahu kalau kamu itu milikku dan aku milikmu. "

"Saya bukan milik siapa-siapa, dan maaf saya juga tidak mengenal anda. "

"Aku sudah benar-benar menyukaimu dipertemuan pertama kita sayang, dan aku menyukai sesuatu yang telah kau berikan padaku. "

Kali ini clarisa hanya terdiam bingung dan ia berusaha untuk memahami perkataan pria tersebut.
Pria itu terus mendekat kearah clarisa sampai akhirnya.

Cup...

Pria itu tepat mencium di bibir mungil milik clarisa, ia tersentak dan menjauhkan dirinya dari pria tersebut.

"anda sudah bertindak tidak sopan terhadap saya, dan saya tidak pernah mengenal bahkan bertemu dengan anda. "Ucap clarisa emosi dengan mengambil ancang-ancang dan mengambil pisau lipat dengan ukuran minimalis.

Pisau lipat berukuran minimalis menjadi salah satu barang yang paling clarisa sayang karna pisau itu memiliki ukiran cantik dan namanya pun terukir cantik di atas pisau itu. Hanya pisau kecil itu yang selalu clarisa bawa kemana-mana.

"Selangkah lagi anda maju saya tidak akan bertanggung jawab kalau pisau ini mampu menembus dan menusuk dijantung anda. "Ancam clarisa dengan mengarahkan pisaunya tepat didada pria tersebut.

"Oh.. Shit kenapa gadisku ini memiliki benda semacam itu, dan siapa yang memberinya benda seperti itu. "Gumam alfando pada dirinya sendiri.

"Maaf kan aku sayang kalau pertemuan kita kali ini membuatmu takut, dan kamu harus ingat ucapanku ini sayang 'bagaimana pun caranya kamu akan tetap jadi milikku dan aku akan tetap mengklaim mu sebagai mateku'. "Ucap alfando menatap gadisnya itu dan tidak melepas pandangannya.

"Mate? Mengklaimku sebagai matemu? Cu.. Cukup aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan. "Tanya clarisa berusaha memastikan yang ia dengar itu benar.

"Huh... Sepertinya aku harus pergi sayang, tunggu aku. Aku akan membawamu pergi bersamaku. "Ucap alfando sambil menjentikan jarinya dan saat jentikan itu berbunyi tangan clarisa yang sedari tadi memegang pisau tidak bisa bergerak, saat itu pula alfando mencium pucuk kepala matenya.

Akhirnya Alfando berlalu pergi meninggalkan matemya setelah mengucapkan perpisahan, bersamaan dengan perginya alfando clarisa pun bisa menggerakkan tangannya kembali.

"What!! Apa yang terjadi dan apa yang dia lakukan kenapa tanganku ini tidak bisa bergerak saat dia mendekat tadi. Aku sangat benci pria itu, aku sangat mengutuk pria itu, kupastikan dia akan merasakan pisau ini menggoreskan luka jika dia muncul kembali. "Ucap clarisa pada dirinya.

My mate||•||Slow Up||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang