perasaan saja (mungkin?)

1.1K 79 12
                                    

Brakk

Beby membuka pintu ruangan Rival dengan sedikit dibanting. Ah padahal moodnya tadi sedang bagus, tapi setelah bertemu rubah licik alias Merlina Angeline. Hari cerah Beby menjadi suram seketika.

Rival mengelus dadanya sabar, hampir saja ia mengumpat saat terkejut pintu ruangannya tiba-tiba dibuka dan ditutup secara kasar. Untungnya itu adalah istri cantiknya, jika tidak siap-siap saja Rival pecat.

"kamu udah dateng. " kata Rival, ia tersenyum lalu berjalan hendak memeluk istrinya.

"stop!." Beby merentangkan tangan kanannya kedepan, guna menghentikan langkah Rival. Itu berhasil, Rival masih diam dengan tangan yang masih terentang.

"kenapa? " tanya Rival. Rival merutuki pertanyaan yang ia lontarkan, jelas-jelas istrinya tadi pasti bertemu dengan mantannya.

"masih nanya kenapa?!."

Rival meneguk air liurnya kasar, padahalkan baru malam tadi mereka baikan. "kamu ketemu dia ya sayang, suer itu dia dateng sendiri. Kamu tanya deh sama Lisa." ujar Rival dengan mengangkat tangan kanannya membentuk Pice.

"udah nggak usah dibahas, lagi aku tau kok." ujar Beby, ia duduk di sofa yang ada didalam ruangan Rival. Moodnya sudah sedikit membaik tadi mendengar penjelasan Lisa yang mengatakan jika Merlina yang terus mengotot bertemu Rival, padahal sudah ditolak mentah-mentah oleh Rival.

Dengan perlahan Rival berjalan menghampiri istrinya, ia duduk diujung sofa dan matanya terus memperhatikan gerak-gerik dari sang istri. Rival menggeserkan sedikit demi sedikit duduknya mendekat Beby.

"wah kamu bawa apa nih?." tanya Rival antusias mengalihkan pikiran Beby tentang kejadian tadi.

"makan siang buat kamu. " Beby membuka paper bag tersebut lalu mengeluarkan semua isinya.

"ayo kita makan dulu, mau beli kebutuhan Sean kan?." ujar Rival yang diangguki Beby. Mereka pun makan bersama diruangan Rival.

***

Tasya melirik jam yang melingkar manis ditangan kirinya, sudah hampir satu jam ia menunggu Dion. Jam makan siangnya pun hampir habis. Sudah kesekian kalinya Dion telat dalam janji makan siang sederhana mereka. Tasya menatap makanan yang ia pesan tadi dengan tak minat. Tasya berdiri dari duduknya, ia harus kembali keruangannya karena ada beberapa pertemuan lagi dengan pasiennya.

Decitan sepatu dengan langkah lebar terdengar dilorong rumah sakit. Tasya melihat si pendatang dengan langkah lebar serta keringatnya. Tasya tahu jika dia berlari dari pintu masuk sampai kekantin.

"ha.. Ha, ma-maaf ha... Aku... Telat lagi.. " aku Dion, kedua tangannya bertumpuh pada dengkul kakinya.

Tasya menghembuskan nafas beratnya, sekarang mereka berdua benar-benar menjadi pusat perhatian. Tasya melihat sekeliling lalu kembali menatap Dion. Jawaban itu lah yang selalu Tasya dengar.

"gapapa. "

Dion menarik nafasnya lalu menghembuskannya. "beneran tadi itu---" penjelasan Dion terhenti oleh kalimat yang Tasya lontarkan.

"beneran gak apa-apa!." jawab Tasya dengan nada meninggi. "aku ada pertemuan dengan pasien, makan lah. "sambung Tasya lalu pergi meninggalkan Dion yang mengacak rambutnya frustasi.

***

Saat ini Beby dan juga Rival berada di tokoh tempat menjual aksesoris dan yang lainnya yang berhubungan dengan kucing. Mata Beby berbinar melihat semua barang-barang imut didepannya. Mulai dari topi, baju, kacamata, kalung serta kandang dan tempat tidur kucing.

"kalo tempat tidurnya itu gimana?." ujar Rival menunjuk tempat tidur kucing berwarna pink polkadot.

"Sean cowok Val." sinis Beby.

After Merrid With My Sweet Heart (COMPLATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang