SELAMAT MEMBACA!!
__________Zoya sangat terluka, sungguh, tapi dia tidak akan pernah mengeluarkan air mata sedikitpun, tidak akan pernah menangisi perselingkuhan. Sudah dibilang bukan jika Zoya sangat membenci perselingkuhan didalam sebuah hubungan?
Zoya mengumpat, lalu menendang pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga. Jessie dan Reynand menoleh terkejut, apalagi Reynand yang sudah pucat.
Zoya tersenyum miring, "Pintunya ditutup dulu kalau mau tindih tindihan," ujar Zoya sarkas, lalu pergi begitu saja.
__________Kania menatap keduanya tak percaya, "Keterlaluan lo," Kania menggelengkan kepala dan pergi dari sana.
Reynand mengacak rambutnya kasar, kemudian berlari menyusul Zoya.
Sedangkan Jessie tersenyum sinis, ia semakin yakin sebentar lagi mereka akan putus dan Reynand hanya menjadi miliknya.
__________Zack, Rio, Gavin, Oliv, dan Naura menatap bingung kearah Zoya yang berlari kecil menaiki tangga. Gadis itu terlihat marah sepertinya, lalu Kania juga berlari menyusul Zoya. Tak lama muncul Reynand yang juga berlari menaiki tangga.
Berbagai macam spekulasi melintas dipikiran masing masing, sepertinya mereka berdua mempunyai masalah lagi.
Zack ingin menghampiri Zoya, tapi Gavin langsung menahan tangannya. Ia tau Zack sedang marah, dan Gavin tidak mau kejadian pagi tadi terulang. Baru saja mereka berbaikan tetapi masalah terus menghampiri.
"Biar mereka menyelesaikan permasalahan sendiri," ujar Gavin, mau tak mau Zack menuruti dan kembali duduk walaupun perasaannya bercampur aduk. Ia mengerti rasa sakit yang adiknya alami, mereka kembar, sudah pasti ada keterikatan batin yang begitu kuat.
Zack menghela nafas kasar, ia bersumpah kalau sampai Reynand membuat adiknya menangis, ia tidak akan mengampuni. Cukup kejadian di Paris saja, tidak yang ini.
_________"Zoy," panggil Kania saat Zoya akan menutup pintu kamar. Zoya menatap sekilas, kemudian membuka pintunya kembali agar Kania masuk.
Zoya mengunci pintu dari dalam, kemudian berjalan kearah Kania yang sudah duduk di kasur dengan lesu.
Zoya menghembuskan nafas ketika sudah berada dipinggir Kania. Kania, gadis itu merasakan apa yang dirasa oleh sahabatnya ini. Mereka tumbuh bersama dari kecil, jadi Kania mengetahui semua sejarah hidup Zoya. Termasuk waktu di Paris.
Kania menggenggam tangan Zoya, "Kalau Rey kesini ngasih penjelasan sama lo, lo mau denger?" Tanya Kania.
Zoya mengangguk, "Iya, tapi setelah itu gue gak mau ketemu dia dulu. Gue masih sakit hati," lirih Zoya.
Kania kesal sekaligus kagum. Kesal karena Zoya masih mau mendengarkan penjelasan Reynand, ia tahu itu memang harus dilakukan, tapi Kania tetap saja kesal sahabat plus sepupunya ini disakiti. Dan kagum karena Zoya tidak meneteskan air mata sedikitpun, jika perempuan diluar sana akan menangis tersedu sedu tanpa mendengarkan apapun, lain halnya dengan Zoya.
Kemudian suara ketukan pintu mengalihkan pandangan mereka berdua. Ketukannya terdengar tidak sabar.
Zoya akan melangkah ke pintu saat Kania menggenggam tangannya menghentikan. Zoya menatap dengan alis terangkat.
"Itu pasti Reynand, lo gausah bukain, marah aja," pinta Kania.
Zoya terkekeh, "Udahlah tenang aja," kemudian Zoya melepaskan genggaman tangan Kania dan melanjutkan langkahnya.
Gadis itu membuka pintu kamar, dan benar saja Reynand berdiri didepan pintu dengan raut frustasi.
Zoya bersandar pada daun pintu, tangannya ia lipat didepan dada, menatap Reynand santai.
Reynand sepertinya harus mengucap beribu syukur karena Zoya tampak baik baik saja. Reynand sangat khawatir hingga melupakan kalau Zoya adalah perempuan paling terkuat yang ia kenal. Apa yang ia lakukan tadi itu sama sekali bukan keinginan dirinya. Sungguh!
"Zoya yang kamu lihat tadi bukan seperti itu,....." Reynand menjelaskan apa yang ia alami tanpa dikurang atau ditambah. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya tetap disana karena tidak mau Jessie melakukan hal yang tidak tidak, bisa saja perempuan itu kembali memposting di kamarnya dan menimbulkan masalah lagi.
Zoya mengangguk angguk, alasan yang masuk akal. Dan Reynand kembali bersyukur tidak ada salah paham lagi.
"Tapi aku gak mau ketemu sama kamu dulu, kita harus berjauhan untuk menenangkan pikiran masing masing," ujar Zoya, senyuman yang sebelumnya tampak di bibir Reynand seketika memudar perlahan.
"Sayang," rengek Reynand. Zoya ingin ketawa, Reynand tidak pernah se menggemaskan ini.
Zoya menatap Reynand datar, "Sebaiknya kamu pergi, aku gak mau lihat kamu sementara ini," Zoya kemudian berbalik dan menutup pintu dengan kasar.
Reynand menunduk lesu, semua ini karena dirinya, jika saja ia tak setuju dengan perkataan Gavin, semua ini tak akan terjadi.
Kemudian Reynand berjalan ke kamarnya, saat sampai dibawah ada para sahabatnya dan Jessie disana. Gavin dan Rio bertanya kepadanya tapi tak i pedulikan. Saat ini yang ingin dilakukan hanya kekamar dan tidur.
Tetapi sesampainya dikamar, ia tak bisa tidur, perkataan Zoya memutar di kepalanya. Rasanya kejadian tadi sedikit janggal, bagaimana bisa lantai kamar mandi begitu licin.
Reynand segera beranjak menuju kamar mandi, dilihatnya lantai yang bersih, tidak licin.
Kemudian Reynand mengecek seluruh barang disana, sabun cair dan sampo tinggal sedikit, padahal tadi masih penuh. Tidak mungkin jika Jessie mengenakan sebotol untuk tubuhnya?
Reynand menggeram, jika sampai ini karena ulah perempuan itu, ia bersumpah akan memberi pelajaran tidak peduli itu perempuan atau laki-laki. Selama hal tersebut menyakiti gadisnya, ia tidak akan kenal ampun.
__________"Kok gue masih kesel ya Zoy," ujar Kania saat Zoya sudah mengunci pintunya kembali.
Zoya terkekeh, "Reynand gak salah sih, cuma gue masih sakit hati," ujar Zoya.
Kania mengangguk, "Yaudah kalau gitu gue mau tidur, udah malem lo juga harus tidur, jangan dipikir masalah ini," pesan Kania.
Zoya tertawa, "Aelah, ngapain juga mikirin yang bikin gue sakit hati," ujarnya, Kania mengacungkan kedua jempol sebelum melangkah keluar.
________-tbc
Jangan lupa klik tombol ⭐ dipojok kiri bawah dan komen sebanyak banyaknya bye bye 🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand & Zoya
Teen FictionReynand Adhitama, adalah siswa yang termasuk dalam jajaran laki laki paling digemari di sekolah, memiliki banyak teman tidak membuatnya menjadi laki laki yang murah senyum, ia dingin terhadap sekitar, hobi bermain game, dan tidak pernah terlibat den...