REYYA #17 - Telepon

202 30 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!
__________

Zoya masih mengembangkan senyumnya saat sudah berada didalam kamar. Apalagi ketika mengingat ucapan Gavin tentang Reynand. Saat dalam perjalanan, Reynand sama sekali tidak melepaskan pelukannya dipinggang Zoya, dan hal itu membuat Zoya tambah senang hingga terbawa sampai Villa.

Zoya memutuskan untuk membersihkan diri, tubuhnya sudah sangat lengket, lebih baik berendam di bathtub sekarang mumpung belum waktunya makan malam.

Ia menyambar handuk yang berada didalam lemari, sudah disediakan sebelumnya. Kemudian melesat menuju kamar mandi.

Empat puluh menit kemudian, Zoya sudah keluar dengan menggunakan bathrobe berwarna putih, di kepalanya ada handuk kecil untuk menutupi rambutnya yang basah.

Zoya berjalan ke walk in closet, dia memutuskan untuk memakai baju santai, dia mengenakan tank top berwarna putih dan hot pants yang juga berwarna putih.

Zoya berjalan ke walk in closet, dia memutuskan untuk memakai baju santai, dia mengenakan tank top berwarna putih dan hot pants yang juga berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah siap, Zoya keluar dari walk in closet untuk merias wajah, tapi saat hendak duduk, handphone nya berbunyi.

Zoya mengambil handphone yang tergeletak diatas kasur, sebuah nomor tidak dikenal menghubungi dirinya. Zoya ragu antara mengangkat atau tidak, ia sebenarnya selalu mengabaikan telepon yang tidak dikenal. Tapi entah mengapa sekarang jarinya menerima telepon itu.

Gadis itu meletakkan ponselnya didekat telinga, ia menunggu sang penelpon untuk berbicara terlebih dahulu, tetapi hingga hampir lima menit ia tak mendengar suara apapun.

"Gue matiin nih," ancam Zoya, ia sudah kesal dengan penelepon yang tidak segera berbicara.

"Zoe," tubuh Zoya menegang, ia masih sangat hafal suara itu, suara yang dulunya penuh ketegasan kepada orang lain, sekarang terdengar sangat lirih. Dan Zoya tahu siapa, Kenneth.

Kenneth kembali menghubunginya, namun kali ini dengan panggilan suara, tidak pesan seperti sebelumnya. Memang Kenneth dulu berbicara lembut hanya kepadanya, tidak dengan orang lain, bahkan kepada kedua orang tuanya. Kenneth hanya berbicara singkat, tegas, penuh intimidasi kepada orang lain.

Seseorang diseberang sana terdengar menghembuskan nafas, mungkin karena tidak mendapat jawaban darinya.

"Aku memajukan tanggal ke Indonesia, dimajukan sampai pekan depan. Mungkin hari Senin atau Selasa aku sudah sampai disana," Terjeda sebentar, "tidak usah khawatir aku akan mengganggumu, tapi maaf aku akan tinggal disana mungkin seterusnya. Aku minta maaf kalau kita akan bertemu, tapi aku akan tetap menyapamu, tidak peduli kamu pura pura tidak kenal denganku. Dan aku sangat berharap kamu akan menemuiku meskipun hanya sekali, aku ingin berbicara denganmu meskipun itu terdengar tidak mungkin, aku ingin membelikan mu sosis bakar dan ice cream seperti biasa. Karena aku tahu, mulai dari dulu sampai sekarang aku masih menc...."

Reynand & ZoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang