Manja🍂

683 82 10
                                    

Aku dan Alevan sedang mengantar mama, kak Anisa dan Aldi ke bandara, mereka akan kembali ke Indo, niatku aku akan pulang ke indo adalah dua bulan ke depan, aku ingin menikmati masa nganggurku di sini terlebih dahulu, Alevan tidak ikut mereka karna dia tidak mau, dia ingin bersamaku di sini.

"Mama pergi dulu ya Anne, tolong jaga Alevan".

"Iya mah, tenang aja".

"Gw balik ya Anne, Ale", Aldi yang ikut pamit.

"Iya di", jawabku dan Ale bersamaan.

"Dadah kalian kami berangkat", ujar kak Anisa lalu mama dan Aldi melambaikan tangan mereka.

"Hati-hati ya", ujar aku dan Ale.

"Hmm, mau pulang?", tanya Ale.

"Terserah kakak", ujarku yang sekarang sudah terbiasa memangil dia kakak.

"Pulang aja yuk", ujar Ale.

"Yaudah ayo".

Aku dan Ale langsung kembali pulang menuju rumahku, saat masuk perkomplekan rumah beberapa orang yang sedang membetulkan jalanan, dengan hati-hati Ale menyetir akhirnya kita berdua sampai di rumah juga.

"Kak", panggilku ke Alevan.

"Apa?", tanya dia.

"Gak jadi deh", ujarku lalu membuka pintu mobil dan turun.

Aku mengambil kunci di dalam tasku lalu membuka pintu, di dalam aku langsung membersihkan rumah sementara Alevan asik menonton televisi, dia lupa ingatan tapi sikap malasnya masih saja ada dalam dirinya dan pikirannya, ingin rasanya aku memarahinya seperti dulu, tapi apadaya aku takut dia ngambek.

"Annelies", panggil dia kepadaku.

"Iya kak?", tanyaku.

"Lanjut cerita yang kemarin", ujar Ale.

"Yang mana?", tanyaku.

"Itu, tentang novel kesukaan kamu", ujar Ale lalu langsung membuatku tenang pikirku di mau aku menceritakan tentang bagaimana aku bertemu dirinya, sumpah...aku tidak berani berbohong kepada sahabatku sendiri.

"Owh, sebentar ya", ujarku.

Aku menyudahi aktifitasku lalu duduk di sebelah Ale, Ale langsung memeluk pinggangku dan menyenderkan kepalanya di pundakku, tubuhku langsung menghangat saat dia memelukku. Semenjak dia lupa ingatan sikap manjanya malah tambah menjadi aku bingung harus gimana, ya bagaimanapun aku harus menjaga dia, karna mama sudah memberi amanah kepadaku agar aku menjaga Alevan.

"Cerita, emm kemarin sampe...oiya pas artisnya itu ketemu sama cewe dingin", ujar Ale.

"Ya jadi....".

Aku mulai menceritakan novel itu, hanya bagian yang aku ingat saja, saat aku melirik ke arah Alevan ternyata dia sudah tertidur pulas, aku tertawa melihatnya, aku melepaskan tangannya dari pinggangku lalu aku berdiri, tapi tiba-tiba dia mencekal tanganku.

"Mau kemana kan belum selesai", ujar Ale.

"Kirain udah tidur", ujarku.

"Ya belom lah", ujar Alevan.

"Aku lapar kakak", ujarku.

"Hmm yasudah sana", ujar Ale.

"Oiya, Annelies, kita ke Big ben yuk, aku bosan di rumah", ujar Ale lagi.

"Kalo gamau gimana?", tanyaku meledek Ale.

"Aku pulang ke indo sendiri", ujar Alevan.

"Yaudah sana", ujarku.

"Annesha...", ujar Alevan yang tiba-tiba menyebut namaku yang sesungguhnya jangan-jangan dia sudah ingat kembali.

"Annesha siapa?", tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Aku juga bingung kenapa aku menyebutkan nama itu, aku tidak mengenal dia", ujar Alevan.

Wajahku langsung datar, aku pikir Alevan mengingatku tapi nyatanya tidak dia hanya menyebut namaku tanpa tau Annesha itu sesungguhnya adalah aku. Aku kembali berjalan menuju dapur lalu membuat susu coklat.

"Anne, lockscreen kamu foto kita pas kapan?", tanya Alevan.

"Bodoh, kenapa kamu tinggal si hpnya", ujarku pada diri sendiri.

"Annelies", panggil Alevan.

"Owh itu pas kita di Indo", jawabku.

"Kapan?", tanya dia.

"Aku lupa", ujarku berbohong, padahal utu foto empat tahun lalu saat umur kita berdua masih 19 tahun.

"Kita di sini gemes banget ya, kita kaya sahabatan gak kaya adik kakak", ujar Ale.

"Kita emang sahabatan Ale", ujarku dalam hati.

Untung saja pembicaraan itu tidak berlangsung lama, Ale sendiri yang mengalihkannya dengan mengajakku ke Big ben, mau tidak mau aku menurutinya dan kami langsung berangkat ke sana.

"Angin sampaikan salam rinduku untuk dia semoga dia kembali pulih", ujarku saat menikmati angin di pembatas tembok yang di bawahnya adalah sungai.

"Siapa?", tanya Alevan.

"Sahabatku", jawabku.

"Memangnya dia sakit apa?", tanya Alevan.

Aku tersenyum dan menggeleng, Alevan malah menatap aneh ke arahku lalu dia kembali melihat pemandangan sungai di bawah kami. Alevan merangkulku, kami memejamkan mata kami, saat aku masih memejamkan mataku tiba-tiba aku merasakan Alevan mencium pipiku.

"Kak...", ujarku terkejut.

"Aku sayang kamu, Annelies", ujar Alevan lalu tersenyum.

Aku tersenyum tipis, karna ungkapan sayang dia untuk Annelies bukan untukku.

-oo0oo-

Votee
Maaf kalo typo
Makasih yg udah baca, vote dan komen







AleAnne (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang