4 Tahun kemudian.
Jauh darinya selama 4 tahun itu merupakan hal sulit persahabatan kita berakhir begitu saja karna Alevan merasa dia terbohongi, padahal aku hanya melakukan yang membuatnya bahagia, tapi nyatanya apa?, dia malah memutuskan persahabatan kita begitu aja, aku tidak habis pikir.
Tapi perlahan aku mencoba melupakan masalah itu dan memfokuskuskan diriku kepada karir, ya semenjak papah bangkrut kami jadi hidup sederhana, tapi aku bersyukur karna aku sekarang menjadi sekertaris pribadi di sebuah perushaan besar, perushaan yang selama 3 tahun ini menjadi sumber uangku.
Aku senang bekerja di sini, karna CEO perushaan ini sangat baik, begitupun semua kargawan di sini, maka dari itu aku sangat senang berada di sini, tapi hari ini aku di panggil oleh dia, entah apa yang dia ingin bicarakan padaku, aku benar-benar gugup.
"Ada apa pak?", tanyaku.
"Annesha, kamu sudah 2 tahun bekerja di sini, kinerja kamu bagus, tapi sayangnya...".
"Sayangnya apa pak?", tanyaku.
"Sayangnya kamu harus pindah ke perushaan lain, karna CEO di sana sangat membutuhkan sekertaris pribadi seperti kamu", ujar Pak Fahri.
"Hmm, baiklah pak terima kasih 2 tahunnya, saya merasa senang telah bekerja sama dengan perusahaan ini", ujarku.
"Iya Annesha, bila kamu tidak betah di sana pintu perusahaan ini terbuka lebar untuk menerima kamu kembali di sini", ujar pak Fahri.
"Terima kasih pak, saya permisi". Ujarku lalu pergi.
Setelah pamitan kepada semua karyawan di sana aku langsung pergi menuju perushaan itu menggunakan Taxi Online, hampir satu jam perjalanan aku tempuh dan akhirnya aku tiba di perushaan yang bernama Pradipta Company. Perushaan ini membuatku takjub karna arsitekturnya sangat bagus.
Aku mulai melangkahkan kaki ke dalam, aku di sambut oleh Manager perushaan ini, kita menaiki lift menuju lantai 12, lalu aku diantar ke ruangan CEO, aku mulai masuk ke dalam ruangan itu, udara Ac yang dingin membuatku tambah gugup.
"Terima kasih pak", ujarku.
"Iya, semoga berhasil", ujarnya.
Krekk(pintu Toilet terbuka).
Aku terkejut karna yang keluar dari Toilet itu adalah Alevan yang lengkap denhan jas dan kacamatanya, dia sangat berbeda dengan Alevan dulu, kami sama-sama terkejut dan terdiam.
"Annesha", ujar dia.
"I-iya", ujarku.
"Ngapain kamu di sini?", tanya dia.
"Kamu?, tumben biasanya gw,elu", ujarku dalam hati.
"Aku calon sekertaris pribadi kamu", ujarku.
"Owh", ujar dia datar dan langsung duduk di kursi kebesarannya.
"Silahkan duduk", ujar dia.
Lalu aku duduk, dan dia mulai mewawancaraiku, setelah selesai dia memberiku setumpuk file yang harus aku isi di rumah, awalnya aku terkejut karna file-file ini tebalnya bukan main.
"Kenapa?", tanya dia.
"Ahh engga", ujarku.
"Kamu besok udah mulai kerja ya, dan nanti aky kirim kamu jadwal meeting aku, setelah ini kamu yang akan atur", ujar Alevan.
"I-iya pak", ujarku bingung karna aku harus memanggil dia nama atau pak.
"Panggil Ale aja kalau lagi berdua", ujar Alevan.
"Oke, aku pulang dulu", ujarku.
"Aku anter", ujar dia datar dan langsung bangkit.
"Gausah Alevan...", ujarku.
"Diem dan ikutin", ujar dia agak tegas mau tidak mau aku mengikutinya.
Kami mulai masuk ke dalam mobil dan Ale melajukannya asal tanpa tau di mana rumahku sekarang, dia diam saja aku pun ikut diam, kami sama-sama diam, akhirnya aku membuka pembicaraan karna dia salah arah.
"Rumah aku kelewatan Ale", ujarku.
"Owh maaf", ujar dia dan langsung putar balik.
Sesampainya di depan rumahku, Alevan nampak melihat-lihat ke arah luar dia mengerutkan dahinya seakan dia bingung, aku tau pasti dia terkejut karna melihat keadaan rumahku.
"Rumah kamu?", tanya dia.
"Iya", jawabku.
"Kok...".
"Kecil ya, ya semenjak papaku bangkrut hidup kita jadi sederhana, tapi aku tinggal sendiri, papah di Yogya", ujarku sambil terus berusaha mencobot sabuk pengaman yang susah ini.
Alevan yang melihatku kesusahan membuka sabuk pengaman itu langsung membantuku, tapi aku sanhat deg-deg an karna dia begitu dekat denganku, selesai membuka sabuk pengaman dia menatapku aku juga menatapnya, rasanya rindu lamaku terobati saat melihat tatapan mata yang masih sama seperti dulu.
"Eee Alevan, aku mau turun", ujarku.
"Maaf", ujar dia dan langsung menjauh.
"Iya gapapa", ujarku lalu tersenyum.
"Oiya besok aku jemput", ujar Alevan.
"Eeem baiklah", ujarku lalu turun, setelah aku turun Alevan membunyikan klaksonnya lalu melaju pergi. Senang sekali rasanya setelah bertahun-tahun kami bertemu kembali.
-oo0oo-
Votee
Maaf kalo typo
Makasih yang udah baca, vote, komen