"Mama Anne ayo ikut Janu pulang ke rumah papah", ujar Januari yang memintaku untuk ikut ke rumah Ale.
"Janu, mama Anne lelah lain kali aja ya", ujar Ale yang berusaha meyakinkan Januari.
"Gamau Janu mau Mama Anne ikut", ujar Januari.
"Gapapa kok Ale daripada Janu nangis", ujarku lalu Ale mengiyakannya.
Janu berada di gendonganku sementara Ale berjalan di sampingku, Janu selalu menatapku dan dia selalu bilang kalau aku cantik, aku juga sangat senang bisa bertemu Janu karna dia anak yanh ceria sekali.
"Janu sayang mama Anne", ujar Janu lalu memelukku.
"Iya Janu", ujarku.
Baru saja sampai di parkiran ternyata Janu sudah tertidur pulas di gendonganku, Ale menyuruhku untuk pulang saja tapi aku tidak mau karna takut dia menangis dan aku tidak tega kalau melihat anak kecil menangis.
"Yaudah kita pulang", lalu Ale membukakan pintu mobil untukku.
Aku pikir rumah Ale masih sama seperti dulu tapi nyatanya tidak dia sekarang sudah mempunyai rumah sendiri, tapi aku sangat terkejut karna rumah Ale ini sangat besar dan mewah.
"Ale, ini rumah kamu?", tanyaku.
"Iya kenapa?", tanya Ale.
"Owh enggak kok".
Baru aku membuka pintu mobil Janu terbangun dan tersenyum ke arahku dan Ale, dia sangat senang karna aku akhirnya ikut ke rumah Ale, aku keluar dari mobil lalu berjalan mengikuti Ale yang ada di depanku. Lalu Ale mengajakku masuk ke sebuah kamar lalu aku membaringkan Janu yang masih mengantuk.
"Aku ganti pakaian dulu ya", ujar Ale.
"Iya", ujarku.
Aku duduk di pinggir ranjang lalu melihat ke arah Janu yang agak sedikit gelisah, akhirnya aku melepas high heelsku lalu ikut berbaring di samping Janu, aku terus mengelus rambutnya dan entah kenapa aku menjadi ikut terbawa suasana yang tenang ini dan akhirnya aku tertidur.
~
"Anne, janu, sepi...", ujar gw saat keluar dari kamar mandi.
Ternyata Anne dan Janu sudah tertidur pulas, gw mengambil guling untuk menghalangi Janu agar tidak terjatuh karna Janu tidurnya agak di pinggir, gw mengambil Hp gw lalu memainkannya.
"Eghh", Anne yang melenguh saat tidur lalu dia membalikan tubuhnya dan menghadap gw.
Gw jadi inget dulu, wajah yang masih sama, cara tidur yang masih sama, semua dari dia tidak ada yang berubah kecuali satu, makin cantik aja, gw heran banget beneran, gw menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, lama kelamaan gw juga ikut mengantuk dan akhirnya gw ikut berbaring di samping Anne namun agak menjaga jarak, takut gw kebablasan.
Beberapa jam kemudian.
"Emhh, wangi banget nih guling", gw yang merasa memeluk guling yang sangat wangi tapi gatau kenapa rasanya beda.
"A-Aleee", panggil Anne ke gw dengan suara lembutnya dan gw membuka mata gw perlahan.
"Eeh, yaampun, sorry", gw terkejut karna sekarang posisi gw dan Anne berhadapan dan gw memeluk dia sangat erat.
"Cieee pelukan", ujar Janu dari ambang pintu kamar, lalu gw langsung melepas pelukan gw, dasar Janu kan gw jadi malu.
"Ale aku mau pulang, bsk kan...".
"Bsk libur kan sabtu", ujar gw.
"Owh iya lupa, tapi aku mau pulang ya", ujar Anne lagi.
"Gausah Anne udah malam bahaya, dan kalo kamu tetep mau pulang aku gamau anter", ujar gw mengancam.
"Ya, yaudah deh", ujar Anne gugup.
"Gausah gugup anggap rumah sendiri", ujar gw.
"Iyakan nanti kalo mama Anne jadi istri papah ini juga jadi rumah mama Anne kan hihi", Janu yang masih terus ngeledek gw padahal tadi diem aja.
~
Hari ini aku menginap di rumah Ale, di sini kita hanya bertiga sementara para asisten rumah tangga dan pengasuh Janu mereka semua sudah pulang, aku iseng ke dapur dan membuka kulkas, dan wow banyak sekali bahan makanan.
"Alee", panggilku.
"Hmm", sahut Ale.
"Aku boleh masak kan?", tanyaku.
"Masak aja, aku juga lapar", Jawab Ale.
Aku memasak di temani suara Janu yang sedang bermain kejar-kejaran dengan Ale, karna rumah ini sangat besar dan luar suara mereka menggema di mana-mana, tiba-tiba Janu berlari ke arah dapur.
"Mamaaa tolongin Janu, Aaakkk papa".
"Mau kemana kamu, hayoo".
"Mamaaa".
"Alee udah...", ujarku pada Ale tapi dia terus ingin menangkap Janu yang ada di belakangku.
Tiba-tiba Janu menarik tanganku dari belakang lalu aku aku hampir saja mau terjatuh, Ale buru-buru memegang pinggangku dan menarikku kembali.
"Janu...", panggil Ale ke Janu dengan suara tegasnya.
"Minta maaf sama Mama", ujar Ale.
"Ale udah biarin", ujarku pada Ale yang masih memegang pinggangku bahkan sekarang posisi kita sangat dekat.
"Gapapa biar dia belajar", ujar Ale yang masih menatap Janu.
Janu menghampiriku lalu aku menjauh sedikit dari Ale, Ale juga baru sadar jalau sedari tadi kita sangat dekat, Janu menghampiriku sambil menunduk lalu dia meraih tanganku dan mencium punggung tanganku.
"Maaf Mama", ujar Janu.
"Iya Mama maafin", ujarku lalu berlutut di hadapannya dan dia langsung memelukku, Ale langsung mengelus rambut Janu.
Setelah itu di bantu Ale dan Janu aku memasak makanan yang mudah dan cepat yaitu indomie hehe, gatau kenapa padahal aku mau masak sayur sup tapi Ale malah memintaku memasak indomie yang dicampur dengan sawi, sosis dan bakso.
"Papah", panggil Janu ke Ale.
"Iya Janu kenapa?", tanya Ale.
"Besok kita mau bagi-bagi Rezeki kan?", tanya Janu.
Ale hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Oke deh", ujar Janu senang.
"Aku ikut ya", ujarku pada Ale.
"Boleh Aja", ujar Ale.
"Okee", ujarku senang lalu kami melanjutkan memasak.
-oo0oo-
Votee
Maaf kalo typo
Makasih yang udah baca, vote, komen