CHAPTER 3
Matahari mulai menempati singgasananya untuk menggantikan posisi sang bulan. Sena sudah bangun terlebih dahulu daripada Regan, oleh karna itu ia kini sedang berada di kamar Regan untuk membangunkannya.
"Regan, bangun." Sena menepuk pipi Regan berkali-kali, namun sang empu masih tetap setia dengan bantal dan guling kesayangannya. Sena yang sudah kesal akhirnya mengambil air dingin dari kulkas dan menyiramkannya di wajah Regan.
Byurr
Sontak, Regan kaget seakan ditarik secara paksa untuk kembali ke dunia nyata. Hampir, nyawanya ikut kecabut.
"Astaga, Sena, lo suka banget, sih ganggu gue tidur," kesal Regan dengan suara serak, Sena menatap tajam Regan dan menyibak selimut Regan dengan seenaknya. Karna jika tak seperti itu, Regan kebiasaan bangun siang.
Sena jadi kasihan dengan istri Regan di masa depan nanti, pasti istri Regan tekanan batin mengingat sifat Regan yang menyebalkan, tukang ingkar janji. Masih ada rasa kesal ketika Sena ingat kelakuan Regan yang menjanjikannya membayar novel yang ia beli, tapi malah Sena yang membayarnya sendiri.
"Hari ini kita ada misi! Bangun, Regan!" Sena menarik kaki Regan bahkan mengguncangkannya seperti gempa yang cukup terasa, namun Regan malah kembali memejamkan matanya.
Akhirnya ia berteriak memanggil Zila, adik Regan.
"ZILAAAAAA!"
Zila yang mendengar teriakan Sena dari arah kamar Regan langsung berlari ke kamar Regan takut terjadi sesuatu yang menimpa Sena ataupun Regan.
"Ada apa, Kak?" tanya Zila khawatir namun ia melihat sekililing tak terjadi apapun.
"Zil, sini deh, Kakak bisikin." Sena mendekatkan wajah nya di telinga Zila lalu membisikkan sesuatu. Membisikkan rencana yang sudah ia susun.
"Oke, Kak, tunggu!" Zila lalu pergi dari kamar Regan untuk mengambil sesuatu. Sena menatap Regan yang masih tertidur pulas dengan tatapan licik. Lihat saja, Sena akan melakukan sesuatu.
Akhirnya Zila kembali dengan membawa seekor kecoak mati yang ia tenteng tanpa rasa jijik. "Nih, kecoaknya."
Sena mangapit sungut kecoak itu dengan jempol dan jari telunjuknya. "Makasih, Zil. Kamu videoin Regan, ya."
"Siap, Kak Sen."
Zila menyiapkan handphone untuk mengambil video bagaimana reaksi Regan, dan tentunya setelah itu ia akan dibully. Sena berjalan dengan hati-hati, lalu ia menaruh kecoa itu di tangan Regan. Regan yang menyadari ada sesuatu di tangannya langsung membuka mata dan...
"KECOAK! ANJAY KECOAK!"
Sena dan Zila sudah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Regan, dan kecoak itu? Entah lah kemana, yang pasti di lempar oleh Regan ke sembarang tempat.
"HAHAHA!" Tawa Sena dan Zila masih terdengar di telinga Regan, membuat sang empu kesal setengah mati. Dalam sekejap, rasa kantuk Regan hilang seketika akibat ulah Sena dan tentunya adiknya, Zila.
"Kalian gak bosen ganggu gue terus?" geram Regan, namun mereka berdua bertos ria atas kemenangan mereka.
"Emang kita pikirin!" ledek Sena dan Zila kompak.
"Zila ke bawah dulu ya," pamit Zila langsung keluar dari kamar Regan.
"Iya, Zil. Hati-hati, kalo jatuh bangun sendiri, kalo masih gak bisa bangun ngesot aja," celetuk Sena yang di balas tatapan kesal dari Zila. Selain otak Regan yang terkadang tak waras, Sena juga nampaknya sudah mulai tertular.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENA [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠SELESAI REVISI/SUDAH DI REVISI⚠ 🍂🍂🍂 Ini bukan kisah cinta tentang ketua osis dan badgirl, dan bukan juga cerita tentang musuh yang berubah menjadi saling cinta. Namun tentang kisah cinta mereka yang tertutup dengan ikatan "TEMAN". Akankah salah...