CHAPTER 15
Malam ini, Regan berkumpul dengan ketiga sahabatnya yang berbeda kelas. Mereka berkumpul di warung Babeh, warung pecel yang terletak di pinggir jalan. Mereka berempat memang tergolong dalam keluarga yang berada, namun itu tak membuat mereka membeda-bedakan.
"Woi, nyet! Diem bae lo ah dari tadi, kesambet kuyang?" celetuk Doni sambil menaikkan salah satu kakinya di bangku, memang anak itu tak sopan. Kali ini sariawan Doni sudah sembuh, jadi ia bebas nyerocos."Mana ada kuyang di Jakarta, Julaeha! Itu kaki lo songong banget, gue panggilin Babeh ya?" Doni segera menurunkan salah satu kakinya dan menatap tajam Arkan.
"Nama gue itu DONI? De o do, en i ni, DONI!" ujar Doni sambil mengeja namanya, Regan dan Elang geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya.
"Oh, jadi nama lo babi." Arkan mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti, Doni sangat kesal dibuatnya.
"NAMA GUE DONI! BUKAN BABI! YOU KNOW?" Gila saja si Arkan, masa bang Doni yang ganteng abiea ini di samain sama Babi. Kan kasian babinya.
"Jangan gitu lah, A. Dimana harga diri si babi ketika di samain sama Doni." Celetukan Elang mengundang tawa dari Arkan dan Regan, termasuk Babeh yang menyimak percakapan mereka. Doni mengerucutkan bibirnya kesal, Elang memang tipe orang yang jarang bicara, namun sekalinya berbicara akan melebihi boncabe.
"Terserah kalian! Nih ya, gue kasih tau ke kalian, hukum nya menghina orang ganteng itu D.O.S.A!" ucap Doni penuh penekanan, mereka bertiga menahan tawanya karna tingkat ke pedean Doni meningkat.
"Pfftttt... dosa? Yang ada satu kali menghina lo, setara dengan 20kali lipat pahala yang di dapat!" sinis Regan, namun tak mengurangi kepede an Doni.
"Lo nantangin gue? Liat aja, gue bakal bikin Sena pacaran sama gue!" Regan mendelik tajam pada Doni, sebenarnya niat Doni hanya ingin menggoda Regan. Namun tatapan tajamnya membuat nyali Doni menciut.
"Hahaha! Itu muka apa sempak Frozen?" Elang dan Arkan tertawa melihat wajah Doni yang gelagapan sendiri.
"Gue patahin tulang ekor lo, tapi jangan nangis." Regan mendelik sinis pada Doni.
"Inget! Tuhan tidak menciptakan bidadari untuk disandingkan dengan seekor babi, hahaha!"
Lagi-lagi Doni lah yang dibully, entah mengapa jika Doni yang di ledeki akan membuat masalah mereka hilang. Dalam diam, Doni tersenyum tipis melihat tawa Regan yang lepas. Doni sebenarnya tahu, apa yang di rasa Regan karna Arkan sudah menceritakannya.
"Bully gue teros! Gue sukses, rumah kalian bakal gue gusur!" Ancaman Doni tak mengurangi rasa berani mereka sedikitpun, mereka malah tertawa.
"Gue kadang kasian sama lo, Don. Mak lo cantik nya behhh, aduhay! Bapaklo gantengnya mah aduh, gausah di tanya! Adek lo si Dina, imutnya udah kayak Kwon Yuli. Lah muka lo mirip kayak bungkusan nasi uduk!"
Sungguh..
Teganyaa....
Teganyaaaaaaa.....
"Udah Kan, matanya udah berkaca-kaca tuh!" Sebenarnya Doni menahan tangis bukan karna di bully, melainkan sangking sibuknya adu mulut dengan para sahabatnya, bukannya ia minum estehnya melainkan ia minum sambel yang ada di mangkuk. Arkan, Regan, dan Elang menahan tawanya supaya tak dikira orang gila.
"HAHH!! PEDESSSSSSSS!" Doni mengibaskan tangannya berusaha menghalau rasa pedasnya.
"Hahaha! Kasian amat!" Regan memberikan esteh nya pada Doni, tentu saja yang tadi nya penuh sekarang kandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENA [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠SELESAI REVISI/SUDAH DI REVISI⚠ 🍂🍂🍂 Ini bukan kisah cinta tentang ketua osis dan badgirl, dan bukan juga cerita tentang musuh yang berubah menjadi saling cinta. Namun tentang kisah cinta mereka yang tertutup dengan ikatan "TEMAN". Akankah salah...