CHAPTER 22
Ketiga remaja sedang duduk di pinggir pantai, menyelonjorkan kaki nya, menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka.
"Zil," panggil Sena.
"Apaan, Kak?"
"Anterin kakak ke toilet yuk, kebelet nih." Regan mendelik ke arah ke duanya, itu artinya ia di tinggal, ia sangat malas sekali, terlebih lagi banyak gadis - gadis yang menatap Regan dengan tatapan haus belaian.
"Gak! Gue ikut, nanti kalo gue sakit gimana?" alibi Regan, mata Sena memincing. "Katanya lo cuma habis kecelakaan, bukan mati suri, gak usah alay deh lo! Gue udah kebelet tau gak!"
Regan mendengus kesal, kini ia sendirian setelah Sena menarik tangan Zila untuk menemaninya. Tiba-tiba seseorang duduk disamping nya, namun Regan tak menyadarinya karna sibuk bermain game kodok zuma.
"Hai!" Regan masih mengacuhkan-nya, gadis di sebelah nya sangat kesal, ia mencolek bahu Regan. Regan menoleh, saat ia tahu siapa yang ada di samping nya, tatapan nya menajam setajam pisau yang biasa di gunakan untuk menyembelih hewan Qurban.
"Ngapain lo disini," desis Regan tajam, Ajeng sebenarnya ketakutan, namun ia tetap berusaha tenang.
"Pengen ketemu lo, sebenarnya gue suka sama lo." Perkataan tersebut, sukses membuat Regan ingin muntah. Kemudian ia menatap tajam orang itu, ia sangat benci, benar-benar benci.
Bisa saja ia membawa perempuan licik itu ke kantor polisi atas tuduhan bahwa ia sudah mencelakai nya, terlebih jika orang tua nya dan orang tua Sena tahu, sudah di pastikan perempuan licik ini akan di penjara. Namun sayang nya, ia akan bermain cantik kali ini, Slavienna pun sudah di peringati, agar tidak gegabah.
"Tapi gue-nya nggak."
Jleb!
Bagai di tusuk belati, hati Ajeng sesak, lagian bodoh! Mana mungkin Regan menyuaki perempuan ular, ngaku nya sudah taubat, namun ia mencelakai Regan hanya karna Regan sudah menampar-nya, bodoh bukan?
"Masa lo gak ngelirik gue sedikitpun, kurang nya gue apa? Cantik? Iya, bodygoals? Iya, apa lagi sih?" Terdengar nada meremehkan dari bibir Ajeng, Regan tersenyum devil.
"Akhlak dan otak lo yang kurang, najis banget gue suka sama orang kayak lo. Dandanan kayak cabe pertigaan aja, lagak lo udah kayak cewek paling perfect, dibanding sama Sena, lo tuh cuma butiran tai." Pedas? Tentu saja, soal adu mulut, Regan lah pemenangnya. Bibir Ajeng terasa kelu untuk menjawab, perkataan Regan benar-benar menyakitkan.
Usai berkata, Regan melenggang pergi begitu saja, tak memikirkan air mata Ajeng yang mengalir deras. Regan sangat jijik dengan orang munafik modelan seperti Ajeng, ingin sekali dia membunuh Ajeng kala membuat dirinya koma beberapa hari.
Regan berjalan santai, lalu bertemu Sena dan Zila yang mungkin sudah selesai dari toilet.
"Lo kok malah disini sih?" tanya Sena, Regan mengangkat bahunya acuh, "Males, di sono ada iblis." Iblis? Entah apa yang Regan maksud, pikir Sena dan Zila.
Drrtt.. Drrtttt...
Ponsel Zila yang berada di saku celana nya bergetar, gadis cantik itu langsung mengambil ponsel nya, Regan dan Sena menatapnya dengan tatapan bertanya, seolah mengatakan, siapa yang telfon?.
Maminegara❤ is calling.
Ternyata itu telfon dari Reta, "Dari Mami," jawab Zila singkat lalu mengangkat panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENA [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠SELESAI REVISI/SUDAH DI REVISI⚠ 🍂🍂🍂 Ini bukan kisah cinta tentang ketua osis dan badgirl, dan bukan juga cerita tentang musuh yang berubah menjadi saling cinta. Namun tentang kisah cinta mereka yang tertutup dengan ikatan "TEMAN". Akankah salah...