CHAPTER 5
"Hahaha gila lo, Vin. Otak lo kudu disebat pake sapu lidi." Tawa Elvan lepas begitupun dengan Vanne dan Ara. Saat ini mereka berempat sedang ada di halaman belakang dan mengobrol santai menceritakan apapun yang bisa diceritakan.
"Sumpah, tuh emak-emak menor godain gue. Pas Ara dateng, langsung kicep dia di bacotin Ara." Elvan, Elvin, Ara dan Vanne masih tertawa kala menceritakan hal lucu yang di alami oleh mereka.
"Oh iya, si Vien beneran mau sekolah disini?" tanya Vanne mengalihkan topik.
"Iya, aku titip Vien disini, ya," ujar Ara membuat Elvan dan Vanne membulatkan matanya kaget.
"APA?!"
"Budeg deh kuping."
"Si Vien bangornya naudzubillah. Gimana hari-hari gue ntar," keluh Vanne. Bukan tak sayang dengan keponakannya, tapi Vanne hanya berkata jujur. Terkadang saat Vien liburan ke rumahnya, seringkali Vannr dibuat pening dengan tingkah Vien yang di luar nalar.
"Kita yang orang tuanya aja kadang ngerasa capek sama tingkahnya. Pengen kirim ke pesantren cuma Ara gak bisa jauh dari Vien," kata Elvin.
"Iya, Kak. Lagian aku pengen Vien sekolah di sini ada sebabnya," sambung Ara dengan nada sedih. Elvan dan Vanne menatap Ara dengan tatapan bertanya.
"Lho, emang ada apa? Vien di drop out?" tanya Elvan.
"Enggak, Kak. Jadi Vien itu sebenarnya ada masalah sama kakak kelasnya," jelas Elvin. Namun Elvan dan Vanne masih tak mengerti karna penjelasan Ara kurang rinci.
"Maksudnya? Coba jelasin secara detail, awal mula terjadi sampai kalian kepikiran pengen Vien sekolah bareng Sena," kata Vanne yang terus meminta Elvin dan Ara menjelaskan. Dan pada akhirnya, Ara lah yang menjelaskan karna ia yang paham betul kejadiannya.
"Suatu malam, Vien izin sama aku buat ke supermarket. Aku udah tawarin antar dia tapi dia tetep kekeh buat pergi sendiri, padahal udah malam. Saat itu Elvin lagi lembur dan Vien itu keras kepala, akhirnya aku izinin dia." Ara menceritakan kejadian mulai dari malam itu.
"Ma, Vien izin ke supermarket bentar. Mau beli camilan, soalnya stok Vien udah abis." Vien meminta izin pada Ara.
"Aduh, udah malam, Vie. Mama anterin aja, ya bahaya kalo kamu keluar sendirian."
"Gak usah, Ma. Vien bisa sendiri, kok. Bye, Ma!"
"Dia bawa mobil, dan pada saat itu Vien lewat jalanan yang cukup sepi. Saat dia lagi nyetir tiba-tiba dia rem mendadak karna liat seorang wanita tergeletak di jalanan bersimbah darah."
"Astaga, ibu ini kayaknya korban tabrak lari. Apa sebaiknya gue bawa ke rumah sakit aja, ya. Sepi banget ini jalan," monolog Vien sambil menatap wanita itu kasihan. Sudah korban tabrak lari, tak ada yang menolongnya.
"Dan saat Vien mau nolong, tiba-tiba si anak dari wanita itu dateng. Dia kakak kelas Vien."
"ASTAGA, MAMA!" teriak seorang gadis yang baru datang menghampiri wanita itu. Ia menangis sejadi-jadinya, mengetahui ibunya tergeletak tak berdaya di aspal yang sangat keras.
"Mama kenapa bisa begini, Ma."
Gadis itu mengangkat kepalanya menatap Vien geram, ia mengira bahwa Vien yang menabrak ibunya. Sedangkan Vien sudah ketakutan jika dituduh, padahal niatnya baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENA [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠SELESAI REVISI/SUDAH DI REVISI⚠ 🍂🍂🍂 Ini bukan kisah cinta tentang ketua osis dan badgirl, dan bukan juga cerita tentang musuh yang berubah menjadi saling cinta. Namun tentang kisah cinta mereka yang tertutup dengan ikatan "TEMAN". Akankah salah...