CHAPTER 35
Hari Minggu, hari libur bagi siswa siswi dari penjajahan, yaitu belajar. Hari yang digunakan sebaik mungkin untuk bersantai dan rebahan sepanjang hari.
Namun hari ini, Sena menggunakan waktu itu untuk bermain badminton di lapangan dekat komplek rumah Sena. Sena berniat mengajak Vien untuk bermain badminton, karna anak itu kalo dirumah terus kerjaannya itu-itu aja. Tak lupa, ada Vanne dan Elvan.
"Vi, udah belum?" tanya Sena, ia mengerutkan dahinya bingung, Vien daritadi mondar-mandir ngapain deh?
"Lo ngapain sih, Dek? Buruan kek, Mama sama Papa udah di lapangan," kesal Sena, namun Vien tak mengindahkan ucapan Sena, ia tetap mondar-mandir mencari sesuatu.
"SLAVIENNA, BURUAN ANJIR!"
"SABAR DONG! GUE LAGI NYARI RAKET, EMANG LO MAU, GUE MAEN BULU TANGKIS MAKE RAKET NYAMUK, HA?"
"Raket lo kan dibawa sama Mama!" ketus Sena, Vien menghentikan aksinya, lalu berpikir sebentar dan setelahnya cengengesan.
Sena menggelengkan kepalanya pelan, ini Vien yang bodoh atau gimana? Jelas-jelas tadi dia menitip raketnya pada Vanne, keponakan durhaka mah gitu, Tantenya yang suruh bawa.
"Hehe, yaudah yuk berangkat."
Mereka berdua berlari santai menuju lapangan, Sena dan Vien memakai celana training selutut, dan baju hitam polos. Oke, jika orang lain melihat mereka, makan akan mengira mereka kembar.
"Nih mereka dateng, ngapain aja sih lama banget?" tanya Vanne, setelah meneguk air mineral dari dalam tumblr.
"Yaudah, yuk Vien, langsung main aja," ajak Sena, Vien mengangguk, lalu mereka memulai permainannya. Vanne dan Elvan? Sedang bermesraan, sudah tua pacaran tan tahu tempat.
Sena mulai memosisikan kakinya, dan memosisikan raket sedikit ke belakang dan miring kebawah, dan melangkah ke arah shuttlecock dengan kaki kanan lalu mengayunkam raketnya untuk melakukan service.
Sena dan Vien begitu lihai dalam memainkan permainan bulu tangkis, karna dari kecil, mereka sering ikut Elvan atau Elvin, untuk olahraga.
Dan naasnya, shuttlecock yang di gunakan untuk mereka bermain badminton, mengenai kepala seseorang. Meskipun tak terasa sakit, namun sukses menyulut emosi orang tersebut.
"WOI! KALO MAIN BULUTANGKIS TUH YANG BENER, BEGO! KALO GAK BISA GAK USAH MAIN, JANCOK!"
Sena gigit jari sendiri, sial, Sena menangkis terlalu kencang. Ia melihat ke bangku yang diduduki Vanne dan Elvan ternyata kosong.
Namun anehnya, Vien malah memasang wajah sengak, ini anak gak takut diomelin orang? Sultan mah bebas.
"Oh, jadi elo yang ngenain shuttlecock ini ke kepala gue? Hidup lo se-gabut apa sih, sampe dimana-mana lo ngikutin gue? Stalker lo ya?" tuduh laki-laki tersebut. Vien yang mendengar orang itu menuduh langsung tak terima.
"Heh, upil anoa! Siapa suruh lo lewat situ, ha? Dan lo bilang apa? Gue stalker-in lo? Ish, gak laku aja bangga," songong Vien, Sena jadi garuk-garuk kepala sendiri. Tapi Sena jadi mikir, ini Vien kayaknya udah kenal sama orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENA [COMPLETED] ✔
Teen Fiction⚠SELESAI REVISI/SUDAH DI REVISI⚠ 🍂🍂🍂 Ini bukan kisah cinta tentang ketua osis dan badgirl, dan bukan juga cerita tentang musuh yang berubah menjadi saling cinta. Namun tentang kisah cinta mereka yang tertutup dengan ikatan "TEMAN". Akankah salah...