24 | Drop (?)

5.9K 231 0
                                    

Semilir angin menerpa wajah cantik nya, langit mulai gelap dan matahari mulai tertutup awan.

Zera masuk ke dalam kamar nya lalu mengambil sesuatu dari loker meja nya.

Ia kembali keluar saat sudah mengengam banda itu, benda itu adalah balon gelembung.

Dia akui emang itu mainan anak kecil tapi itulah benda itu, Zera meniup membentuk sebuah bulatan kecil.

"Bocill!!"

Zera menoleh kesumber suara dan menemukan bocah tengil yang sedang menyegir lebar, siapa lagi kalau bukan Zeren.

"Ren liat deh" Zera menunjuk satu gelembung yang sedang melayang,
"Kagak pecah-pecah kan"Sambung nya lalu menurunkan tangan nya.

"Wuanjai dia terbang ke awan tuh"
Pekik Zeren lalu bertepuk tangan.

"Alay!"

Zeren tak memedulikan cibiran Zera, ia duduk disamping Zera lalu menatap langit dengan tatapan yang sulit di artikan.

Zera menoleh ke arah Zeren lalu memandang lurus ke depan dan menyederkan kepala nya ke bahu Zeren.

"Ren?"

"Hm?"

"Kalo aku gak ada, nanti kamu gimana?"

Zeren menatap tajam ke arah Zera, "Gak usah ngomong aneh-aneh"

"Itukan fakta nya! Penyakit itu bisa membuat seseorang mati" Ucap nya lirih.

"Kalo lo rajin minum,lo pasti sembuh"
Ucap nya berusaha memberi semangat.

"Tapi aku dari kecil kan emang sudah sering minum obat bahkan tiga kali sehari, tapi apa? Gak sembuh kan. Nyatanya obat itu hanya penghilang rasa sakit dan kemo itu cuma buat memperpanjang umur aku"

"..."

"Kenapa diam!?"

Tes

Zera terbelak saat melihat tetesan benda cair berwarna merah ditangan nya.

Cepat-cepat ia membersikan cairan itu agar Zeren tidak melihat itu, ia pun bangkit dari duduk nya untuk mengambil tissue.

Namun kepala nya terasa sangat pening sekali seperti ditusuk-tusuk beribu jarum.

Brak!

"Zera!"

***

Zera menerjap-nerjapkan mata nya berulang kali untuk menyusuaikan cahaya. Wangi obat menyeruak masuk ke dalam hidungnya,sudah biasa.

"Mohon maaf pak tapi emang seperti itu penyakit nya sudah memasuki stadium tiga, jadi anak bapak harus segera di kemo atau hidup-"

"Oke baiklah"

Zera pura-pura memejamkan mata nya saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Ra? Kamu dah bangun kan"

Zera membuka mata nya lagi, "Zera dah tau Yah"

"Kamu siap kan?"

"Siap gak siap"

'Kalo hidup ku gak lama berarti-aghh aku gak mau bikin orang yang ku sayang sedih--jadi aku harus segera memutuskan Delvin agar dia tak sedih saat aku pergi nanti' Batin nya sambil tersenyum terpaksa.

"Kenapa Ra?"

"Gapapa"

***

Jangan lupa follow;

•@angnoktvia
•@angnbiber

Z E R A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang