06: Melangkah Maju

463 116 7
                                    


𝟎𝟔
𝐌𝐞𝐥𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡 𝐌𝐚𝐣𝐮

    "Kamu serius ingin sekolah di sana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu serius ingin sekolah di sana?"

Ibu dari Aga, Takuya Segari kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada putra satu-satunya. Aga yang sedang melepaskan piagam-piagam kemenangannya dari bingkai foto dan hendak menaruhnya dalam map khusus berlaminasi plastik pun mengangguk tanpa suara.

Ibu Segari hanya bisa menghela napas panjang. Di satu sisi dirinya tak ingin darah dagingnya itu hancur karena masa lalu, tapi di sisi lain mau tak mau putranya harus menghadapi itu semua agar bisa bergerak mulus menuju masa depan.

"Saya tidak akan terganggu oleh masa lalu, Bu." Aga menjawab kekhawatiran ibunya. "Lagipula itu sudah berlalu. Saya tidak mau mengungkitnya lagi."

"Tragedi itu bukan salahmu."

"Saya tahu. Dan karena itulah saya berani melangkah maju."









________

"Ruang kepala sekolah di sini. Kalau ruang guru tinggal lurus sedikit lagi, tepat sebelum belokan ke kanan."

Sebelum satpam yang murah hati itu pergi, Takuya Sagara sempat membungkukkan kepalanya. Memberi hormat pada orang baik yang membantunya hari ini. "Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Nak."

Baju kaos putih yang dipadukan luaran kemeja biru tua dan celana jeans tanpa robekan membuat dirinya nampak lebih rapi dibanding hari biasanya. Penampilan Aga hari ini harus sopan karena dia akan mengurus dan mengetahui seluk-beluk SMA Pelita Asa ini.

Pelita Asa. Terang berpijar harapan. Semoga saja motto sekolah ini bisa menegaskan eksistensi harapan pada dirinya.

"Kamu sahabatnya Virga, kan?"

Kepala sekolah menyambut kedatangan Aga dengan senyum ramah dan rangkulan yang mengeratkan keakraban. Dalam batin, dia merasa hangat. Inilah yang dirindukannya dari Indonesia. Ramah-tamah tanpa memandang suku, ras, agama, dan kasta orang-orangnya.

Pak kepala sekolah mempersilakan Aga untuk duduk di kursi tamu. Sambil mengambil sebotol air mineral dari rak kayu teratas beliau memulai perbincangan, "Kamu langsung masuk kelas 11-IPA-1 saja, ya. Juan, Virga, dan Jimmy ada di sana. Kamu pasti ingin sekelas dengan mereka kan?"

Aga mengernyitkan alis.

Pertanda dia menyadari bahwa sebentar lagi dirinya akan berbenturan dengan hal-hal yang tak sesuai prosedur.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang