09: Kepercayaan

448 110 17
                                    


𝟎𝟗
𝐊𝐞𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧

♡𝟎𝟗𝐊𝐞𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AGAAA!!"

Satu tangannya yang masih terbuka setelah membuang sobekan kenangan itu segera dikepalkan, lalu kembali tegak lurus. Tubuhnya berbalik. Memutuskan menghadapi sosok teman terpercayanya saat ini, Vilove Wendya.

Lalu tersenyum tipis. Berusaha membuat dirinya terlihat lebih baik.

"Baka," ejek Aga. Lelaki itu mengambil handuk biru di tasnya. Lalu menyerahkan benda berbulu itu pada Wendya.
*bodoh.

Wendya menggelengkan kepala.

Aga sempat menghela napas, jengah. Kepalanya sudah mau meledak begini masih saja orang ini banyak tingkah. "Kenapa kamu tidak mengambil handuk ini?"

Ada yang jauh lebih penting dari handuk biruku yang ketinggalan, Ga.

Si pengembali barang semakin kebingungan saat si gadis pemilik menarik paksa tangannya. Membuat mereka berjalan bersama meninggalkan kantin, menyusuri koridor sepi, dan hingga akhirnya Aga berani menghempaskan cekalan erat Wendya di pergelangan tangannya.

Wendya terkejut. Tapi dia tak punya waktu untuk mengomeli Aga sekarang. Ada sebuah rahasia kotor terbaru yang penting untuk diketahui oleh seorang teman kecil.

"KAMU KETERLALUAN!" Aga marah. Ini wajar. Sejak pertemuan awal mereka, sudah terlalu banyak mereka saling melakukan kontak fisik dan ini sudah kelewat batas.

Tanpa sadar satu tangannya telah meraba bagian keningnya. Panas menyengat. Sial. Suhu tubuhnya semakin meningkat.

Wendya tak menunduk ataupun langsung menangis seperti seseorang yang pernah dimarahi seorang Takuya Sagara. Gadis itupun melepas genggaman eratnya dari bagian tubuh Aga dan malah mendongakkan kepalanya. Seakan menantang sosok yang memarahinya.

Tidak. Dia tidak ingin melawan.

Gadis itu membuat sepasang mata indahnya beradu tatap dengan kelamnya manik penglihatan Sagara.

"Sebelumnya maaf..., "

Wendya terlebih dahulu meminta maaf. Lalu penjelasan bernada lembutnya berhasil masuk ke gendang telinga milik pembentak bersamaan dengan tangannya yang bergerak ke atas.

Menyentuh kening si pemarah.

Dipipinya muncul rona merah.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang