16: Urusan Hati Sagara

475 111 61
                                    


𝟏𝟔
𝐔𝐫𝐮𝐬𝐚𝐧 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐠𝐚𝐫𝐚

    "Takuya-sama, tak bisakah anda mengundur jadwal kepulangan ke Indonesia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Takuya-sama, tak bisakah anda mengundur jadwal kepulangan ke Indonesia?"

Sagara seketika menghentikan lambaian tangannya pada mobil Bentley yang mengantar kepergian kakek dan neneknya yang beberapa detik lalu telah meninggalkan halaman parkir ini. Tuan muda dari keluarga Takuya itupun menolehkan kepalanya pada personal asisten sang ayah. "Kenapa? Apa kau tak bisa mendapatkan tiket penerbangan hari ini untukku?"

Tuan Nakamoto sempat menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya selangkah mendekati anak bosnya, lalu berbisik. "Sebenarnya aku sudah mendapatkannya. Penerbangannya tiga jam lagi, tapi di kelas ekonomi."

Aga mengangguk. "Pesankan saja. Aku tak masalah duduk di kelas ekonomi. Aku harus pulang secepatnya. Aku juga sudah tak sabar mengerjakan semua soal ulangan susulan."

Tuan Nakamoto menggelengkan kepala. Dia punya alasan tersendiri sempat bertingkah mengendap-ngendap seperti tadi.

Tuan Junki bisa murka kalau sampai mendengar putra tunggalnya itu mau pergi dengan pesawat kelas rendah. Kalau dia yang cuma berstatus PA nekat membantah seorang Takuya Junki, satu-satunya hal terakhir yang harus dilakukan adalah mengucapkan sayonara ke nyawanya sendiri.

"Ck," Aga mendecakkan lidah. "Bussiness class di semua maskapai sudah full booking?"

Tuan Nakamoto menggelengkan kepala kedua kalinya. Berbisik. Lagi. "Sebenarnya hari ini ada satu jadwal penerbangan midnight tanpa transit. Dari Haneda ke Bandara Soekarno Hatta. Tapi Takuya-sama sendiri tau bahwa Tuan Junki tid―"

"Pesankan itu saja. Tentang ayah, biar aku yang urus. Tapi jangan bilang ke Ibu. Ini cuma rahasia kita berdua," tukas Aga, memberi keputusan final.

Lelaki pucat itu sudah sebal karena harus mendadak pulang ke Jepang di tengah ulangan kenaikan kelas. Jadi tolong, janganlah banyak basa-basi yang membuatnya terpaksa harus memberontak lagi dan menerima klaim sebagai anak bebal dari ayah.

"Baik, Takuya-Sam―"

"Anak ibu sudah berani rahasia-rahasiaan, ya?"

Presensi seorang wanita paruh baya berambut hitam panjang namun kali ini digelung dengan hiasan tusuk konde perak yang diujungnya terdapat untaian bunga Sakura telah berdiri di belakang Tuan Nakamoto dan Sagara.

Beliau tampil berkelas nan elegan sebagai Nyonya Takuya sekaligus ibu dari seorang putra yang pernah mengharumkan nama negeri Sakura di kancah internasional lewat kemampuannya di bidang Fisika.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang