25: Delapan

569 115 42
                                    


𝟐𝟓
𝐃𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚𝐧

        Promnight SMA Pelita Asa tahun 2020 sudah seperti ajang catwalk bagi seluruh siswa-siswinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Promnight SMA Pelita Asa tahun 2020 sudah seperti ajang catwalk bagi seluruh siswa-siswinya. Ah, bukan. Lebih tepat situasinya bisa dideskripsikan dengan peribahasa 'sambil menyelam minum air'. Mereka di sana tak hanya untuk menunjukkan ketampanan dan kecantikan saja, tapi juga sekalian memamerkan kekayaan.

Di sana, kekayaan orang tuamu yang kau pakai tuk bergaya bisa dikalkulasi dari merek mobil yang mengantarmu sampai depan ballroom dengan tambahan brand pakaian serta aksesori penunjang yang melekat di badanmu.

Kalau urusan pakaian, Takuya Sagara sadar bahwa dirinya adalah bukanlah maniak fashion seperti Virga Dananjaya yang harus membeli satu set pakaian branded bertotal puluhan juta setiap menghadiri event tahunan. Asal masih bagus, kenapa harus beli yang baru?

Dan tak seperti putra-putri konglomerat SMA Pelita Asa yang diantarkan oleh supir, Takuya Sagara memutuskan menyetir mobil Lexus kesayangannya sendiri. Dia rela mengurangi jam tidur siangnya agar bisa bersiap lebih awal dan bisa menjemput Wendya tanpa harus terlambat.

"Kamu Sagara, kan?"

Seorang wanita paruh baya yang menyambutnya sesaat setelah pintu gerbang terbuka adalah Vilove Taalea. Entah mengapa Sagara merasa jalur napasnya tiba-tiba terhambat.

Aga mengangguk. Kepalanya mendongak, lantas ditampilkanlahnya senyum percaya diri. "Selamat Sore, Bu. Saya Takuya Sagara. Pasangan promnight Wendya," katanya seraya meraih dan mengecup punggung tangan Mama Taalea.

Seketika wajah Taalea berseri-seri karena tak sanggup menanggulangi senangnya yang kelewatan sekali. Usai mencermati, Takuya pun dibuat menyadari dari mana asal-usulnya wajah riang yang selalu tampil sebagai ekspresi pemanis si putri Vilove.

Namun, sepersekian detik kemudian wajahnya berubah sendu. "Kebetulan sekali Wendya masih pakai make up. Ini waktu yang tepat. Sepertinya saya harus memang cerita ke kamu."

Aga tak bisa mengerti perubahan situasi yang sedrastis ini. Namun saat dirinya mengikuti jejak Vilove Taalea yang beralih menapakkan kaki ke dalam ruang tamu dia mulai sedikit memahami.

Walau hanya presepsi. Dan ingin sekali dirinya berharap praduganya ini meleset.

Taalea mendudukkan dirinya di atas sofa, lalu bergumam. Jangan abaikan gayanya yang saat ini menumpu dagu dengan satu tangan. Ala anak muda sekali. "Saya harus cerita dari mana ya... "

Aga berinisiatif melontarkan topik. "Ibu saya suka sekali dengan kue-kue dari Evertaste."

Kembali muncul. Sepasang matanya yang menua itu berbinar dan menyahut dengan antusias.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang