18: Parasit dan Hama

398 107 16
                                    


𝟏𝟖
𝐏𝐚𝐫𝐚𝐬𝐢𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐇𝐚𝐦𝐚

      "YANG BILANG FISIKA GAMPANG SAMA DENGAN PSIKOPAT!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YANG BILANG FISIKA GAMPANG SAMA DENGAN PSIKOPAT!"

"ARGH! BU MITHA PSIKOPATTTT!!!"

Setelah kepergian Bu Mitha ke kelas lain usai membagikan hasil ulangan kenaikan kelas mapel Fisika, Chandra Ali si ketua kelas berteriak frustasi diikuti oleh anak-anak Ketupat lainnya yang sekarang kompak melemparkan lembar jawaban mereka ke arah plafon kelas.

Sedangkan sesosok cowok yang duduk di kursi deretan tengah kelas menampilkan smirk khasnya saat melihat puluhan kertas putih tercoret tinta merah melayang-layang di sekitarnya.

0, 0, 0, 0, 7, 8, 0, 30, 0, 15, 50, 60, 0, 44, 0, 68, gumam Sagara perlahan. Sepasang mata sipitnya agak melotot saat sadar ada yang mendapat nilai mepet KKM dan dirinya cuma bisa mengasihani dalam hati.

"Fix nih, ke Bandung dibatalin aja ya," kata Chandra seraya memutar tubuhnya menghadap ke bangku Wendya dan Aga.

Gadis Vilove menunjukkan penolakan mutlaknya dengan menggelengkan kepala dan Ros yang kebetulan mau numpang lewat malah curi dengar dan langsung memasang raut sedih. "Astaga, Chan. Jangan gitu lah. H-2 ini. Kita juga udah pesan tiket biar sekelas satu gerbong, lho."

"Fisika, Kimia, Biologi, Matematika Wajib, Bahasa Indonesia, sama Bahasa Inggris udah ada tugas remidi. Deadline minggu ini dan kita nggak bisa bandel seenaknya. Semua itu pelajaran yang masuk nilai SNM."
*SNMPTN.

"Kita pasti bisa, Chan! Pesimis amat lo ah!" seru Wendya sambil menepuk bahu Chandra berkali-kali, berupaya memberinya semangat sekaligus meringankan beban di pundaknya sebagai ketua kelas yang benar-benar memprioritaskan kelas sejak kelas 10.

Ros merenung sebentar, lalu mengangguk. "Chandra ada benernya, Wen. Kelas kita itu bukan IPA satu yang ranking sepuluh besarnya udah santuy dapet PTN."

Positif berubah negatif. Seketika aura penuh kesuraman pun ke luar dari sosok Wendya yang sudah pundung duluan.

"Ekhm."

Aga berdeham dan ketiga orang yang membahas nasib class trip mereka yang sekarang bagai telur di ujung tanduk langsung kompak menoleh padanya.

Sedari tadi, si cowok blasteran itu hanya mendengarkan. Dia bukannya tidak peduli dengan rencana kelas mereka, alangkah lebih baik baginya untuk mengetahui pertimbangan dari trio eksekutor dan Wendya si pencetus sebelum mengeksekusi rencananya supaya kelasnya tetap bisa malming nge-warkop di kota Dilan itu.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang