02: Terasa Sangat Aneh

679 156 17
                                    


𝟎𝟐
𝐓𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐒𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐀𝐧𝐞𝐡

       "Kebetulan sekali saya sedang lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebetulan sekali saya sedang lapar. Kamu jual makanan apa saja?"

Wendya merasakan gelenyar panas di kedua pipi tembamnya saat sekali lagi lelaki yang telah diberinya cap aneh itu mengulang pertanyaan yang sama. Bedanya, kali ini suara baritonnya lebih dipertekan. Seakan memaksa gadis penenteng keranjang bambu itu untuk segera mengiyakan dan menyerahkan makanan buatannya sekarang juga.

"Kamu daritadi belum sarapan?" tanya Wendya pada lelaki berkulit pucat itu. Sebagai respon, lelaki asing itu menggelengkan kepalanya dan melepas jas almamater sekolah―sadar juga dia kalau hari ini hawanya semakin memanas.

Satu langkah mendekat. Si lelaki yang ternyata telah menghapus jaraknya dengan Wendya menunduk dan menyorot keranjang bambu yang sedang tergenggam. "Di dalam sana isinya apa saja?" tanyanya.

"Kamu alergi udang?"

"Tidak."

"Alergi telur ayam?"

"Iya."

Helaan napas lega terdengar. "Untung aku nggak sembarangan ngasi kamu yang ada di sini," jelas Wendya. Jarinya juga menunjuk tumpukan bungkusan lumpia segar ala Vietnam yang seluruhnya berisi potongan telur.

"Intinya saya boleh membeli atau tidak?" tanyanya dengan intonasi ketus.

Sepertinya lelaki itu tak punya pilihan lain. Mengingat selama Student Day Pelita Asa berlangsung, kantin yang menyediakan konsumsi gratis tak bekerja karena pegawainya diliburkan. Siswa-siswi disarankan untuk membawa bekal dari rumah atau memesan katering khusus untuk kelas masing-masing sepanjang empat hari ke depan.

Terdorong oleh delapan detik kesempatannya berpikir akan apa yang harus dilakukan, Wendya akhirnya memutuskan menarik pergelangan tangan sosok asing itu dan membuat mereka berlari bersama-sama di lorong IPA yang sepi. Meski taman sekolah tak punya kaki untuk kabur dan selama belum terdengar protes dari si pemilik tangan, berarti tindakan kurang ajar melewati batas kenyamanan pribadi orang ini tidak akan dipermasalahkan.

Iya. Benar. Bahkan lelaki itu sempat tersenyum bersamaan dengan menyeruaknya sebuah kenangan.










_________________

"Mau pakai bihun?"

"Apa itu bihun?"

Pergerakan tangan cekatan milik si gadis yang hendak menambahkan komponen pelengkap ke dalam lumpia itu sekarang di bawah kontrol pertanyaan remeh barusan―berhasil membuatnya diam terpaku.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang