24: secretbasesquad@gmail.com

444 109 33
                                    


𝟐𝟒
𝐌𝐚𝐫𝐤𝐚𝐬 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚
[𝐬𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭𝐛𝐚𝐬𝐞𝐬𝐪𝐮𝐚𝐝@𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥.𝐜𝐨𝐦]

𝐜𝐨𝐦]♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ga... sumpah. Gue mumet. Bisa nggak belajarnya selesai aja?"

Begitulah Vilove Wendya. Meskipun selalu menang di urusan perasaan, dia akan menyerah dengan mudah kalau sudah menyangkut pelajaran.

Sagara mengangguk. Ujung pulpen yang semulanya hendak lanjut menorehkan tinta seketika menjauh dari permukaan kertas. Sejak 30 menit lalu dia sudah menjelaskan konsep matematika dasar yang penting diingat Wendya untuk menjawab soal SBM nantinya.

"Ternyata rasa cookies and cream enak banget," komentar Wendya setelah menyeruput minuman ice blend yang disajikan sebagai best seller product di kafe ini. "Makasih banyak buat traktirannya!"

Aga dalam hati merasa lega. Selama ini, Wendya telah mengetahui semua tentangnya. Apa yang disukainya, apa yang dibencinya, dan bahkan masa lalunya. Dia merasa payah karena dirinya sama sekali tak tau apapun tentang Wendya, kecuali kebiasaannya suka senyam-senyum random saat jam pelajaran.

Setelah mengirimkan pesan pada Wendya, Aga mengabaikan image dinginnya sebagai seorang Takuya dan lantas menghubungi Chandra serta Ros yang ternyata juga lagi belajar bersama.

Saat dia langsung to the point, bukannya jawaban yang didapat. Terlebih dahulu dia harus menerima ceramah dan makian dari sepasang kekasih itu, sebelum akhirnya terungkaplah bahwa si gadis Vilove sangat menyukai minuman ice blend dan mie goreng.

"Ga, lo nggak nyiapin buat SBM juga? Jadi ke Bandung?"

Ini saat yang tepat. Saat Aga membuka sepasang netra berpupil cokelatnya yang sempat terkatup, terlontar sebuah jawaban. "Mustahil saya bisa tinggal di Bandung."

Berani menjawab, namun dengan rasa takut.

Sebab takut Wendya akan menjadi kalut.

Di luar ekspektasi Aga, Wendya malah mengangguk santai. "Disuruh di Jepang, ya? Nggak kaget lagi sih gue."

Akhirnya ujian terlewatkan tanpa beban.

Setidaknya Wendya bukanlah perempuan yang sempat terbayang di benak hingga berhasil menakutinya. Perempuan berambut panjang tanpa poni yang setelah mendengar Aga harus pergi ke Jepang malah menangis terisak di tempat mereka bertemu. Mata memerah, hidung membengkak, dan suara pun tersendat.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang