12: Pasar Malam

401 111 17
                                    


𝟏𝟐
𝐏𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦

     Ada satu kata yang paling identik dengan pasar malam: ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada satu kata yang paling identik dengan pasar malam: ramai.

Meskipun Takuya Sagara lahir bersama surat takdir yang menyatakan dirinya lebih suka keheningan dibanding keramaian, lelaki itu tak bisa mengelak akan rasa senang yang timbul begitu saja setelah melihat gegap gempita di tempat ini secara langsung dengan matanya sendiri.

Pasangan orang tua memegang erat tangan putri mereka yang nampak riang setelah membeli boneka Barbie. Sekelompok remaja yang tertawa bersama―mungkin karena lagi bercanda―saat mengantre di stan gorengan murah meriah. Dan seorang gadis berkemeja biru yang sepasang mata lembutnya membesar nampak riang dengan mulut agak menganga saat melihat kepulan asap di es yang dibelinya.

Dalam beberapa keadaan, Aga sering merasa dirinya sebelas-duabelas dengan Wendya. Tapi tidak. Gadis Vilove itu lebih bebas. Seberani-beraninya Aga menolak pertunangan konyol yang diatur oleh orang tuanya, dia tak sampai senekat Wendya yang sering memperdebatkan keputusan pilihannya dengan Mama Taalea hingga berujung pertengkaran.

Aga menghampiri Wendya yang masih diam di stan milik pedagang padahal es yang dibelinya sudah berada digenggaman. "Wen? Kamu sudah dapat es nya?"

"Ntar dulu, Ga," pinta Wendya tanpa mengalihkan atensinya dari pedagang yang sedang menuangkan nitrogen cair ke dalam toples berisi potongan ciki kebul warna-warni berbentuk seperti snack Momogi. "Keren, 'kan? Ada asepnya. Di Jepang mana bisa lo makan beginian."

Sepasang alis hitam milik Aga pun langsung menukik ke bawah saat mengikuti arah pandang Wendya. Itu kan nitrogen cair. Tapi... oke. Ini momen yang pas baginya untuk membagi secuil kepintarannya untuk mengurangi kebodohan Wendya. "Wen, kamu tidak tau bahwa sebenarnya nitrogen cair itu berbahaya?"

Bukan hanya mengurangi kebodohan. Wendya itu ceroboh, Aga agak khawatir kalau teman sebangkunya itu berakhir sakit hanya karena makanan sembarangan seperti ini.

"Hah? Masa?"

Tuhkan.

"Titik didihnya minus 196 derajat celcius. Kalau di suhu, minus itu berarti dingin. Dingin yang ekstrim dari nitrogen cair bisa merusak jaringan kulit," jelas Aga. Lalu dia menunjuk asap-asap putih yang bergerak membumbung tinggi dari es ciki bersaus susu kental manis cokelat milik Wendya. "Kalau yang itu bisa memicu sesak napas."

"Lebih baik kamu buang jajan itu. Sekarang," kata Aga tegas.

Wendya yang tak mau langsung menyikut lengan Aga. "Mau buang di sini? Di depan dagangnya? Nggak punya hati banget lo, Ga," bisiknya, lalu berbalik dan duluan melangkah pergi melihat stan-stan lain.

Di mata Takuya Sagara, Vilove Wendya memang ceroboh dan kalau soal pelajaran di sekolah dia adalah yang terbodoh.

Tapi kalau sudah urusan kepedulian dari hati ke hati dan menjaga perasaan orang lain, Wendya adalah mutlak sang pemenang dan Aga selalu kalah.








Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang