13: Memulai Asa

388 103 13
                                    


𝟏𝟑
𝐌𝐞𝐦𝐮𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐬𝐚

      "Ga, main-main dulu yuk!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ga, main-main dulu yuk!"

Eh? Maksudnya main apa? Sepasang mata kelam milik Aga mengerjap beberapa kali. Kebingungan akan keambiguan ucapan Wendya.

Wendya menahan seutas garis yang hendak terbentuk di bibirnya. Lalu kepalanya agak menunduk, melihat satu tangan Aga yang menganggur, tak seperti satu tangan lainnya yang sudah menjadi babu―memegang sebungkus keripik bayam. "Itu... tangan lo boleh gue genggam?"

Aga refleks mundur selangkah. Apa-apaan Wendya ini!?

"Kita mainin mainan yang ada di sini. Kan daritadi cuma nyari makanan." Wendya tak bisa menahan senyumnya lagi akan sikap protektif Aga akan dirinya sendiri.

Ditampilkan senyum terbaiknya lalu diulurkanlah tangan mungilnya dihadapan cowok berkulit sepucat es serut yang belum dituangi sirup cocopandan. "Ini kontak fisik kita yang terakhir. Gue janji."

Wendya serius akan perkataannya. Sampai-sampai dia membuat gestur 'peace' dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah bersamaan di dekat pipi tembamnya.

Aga yang tak mungkin meledakkan emosi di sini pun terpaksa menerima uluran tangan Wendya. Dengan wajah cemberut dia terpaksa membiarkan tubuhnya mengikuti pergerakan si gadis manis itu.

"Ga, udah pernah main ini belum?"

Wendya melepas tautan tangan mereka tepat di depan stan berspanduk "Lempar Paser". Aga sejenak diam memperhatikan tempat permainan di depan matanya. Stan ini luasnya memanjang. Lalu di sepanjang temboknya terdapat spanduk bermotif polkadot warna-warni dengan jarak yang sama. Dan tepat di meja milik pengelola stan, ada beberapa hadiah yang bisa didapat sesuai dengan tusukan panah genggam pada warna polkadot.

Warna kuning bisa dapat rokok Gudang Garam. Warna hitam untuk rokok Magnum Filter. Warna putih untuk rokok Sampurna. Warna hijau untuk rokok Marlboro. Ini mainan yang bisa dimainkan oleh anak-anak di bawah umur, jadi tak perlu kaget lagi melihat mayoritas remaja berparu-paru sehat yang ada di sekitar stan ini asyik sekali merokok.

"Semua hadiahnya rokok... " Tanpa sadar Aga bergumam, bahkan sampai geleng-geleng kepala. "Kamu mau hadiah rokok, Wen?"

"No, no, no." Wendya menunjuk hadiah utama yang sengaja ditaruh di rak tertinggi dengan ujung dagunya. "Tiga kali menembak warna merah, bisa dapat boneka beruang raksasa!" kata si gadis membaca tulisan tangan lusuh yang ditulis huruf kapital.

"Baka," rutuk Aga dalam bahasa Jepang. Sontak Wendya bertanya-tanya. "Baka? Baka? Artinya?"
*bodoh.

"Cari tau saja sendiri," jawab Aga dengan ketus.

Delapan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang