6. Fake

7K 485 13
                                    


Sebelum baca jangan lupa VOTE YA GUYS!
VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU
selamat membaca<3





"Inget. Lo cuma sahabat, gak lebih."
~Aluna Pelangi

6. Fake

Hari Senin, 90% orang pasti membenci hari senin. Dari 90% orang itu termasuk Aku. Selain harus panas-panasan dilapangan, hari Senin juga hari dimana pelajaran matematika menguasai 4 jam pelajaran berturut-turut. Kalian bisa bayangin sendiri deh gimana pusingnya 4 jam mapel dihabisin cuma buat belajar matematika.


"Lama banget mulainya. Keburu panas nih!"

Disa ngomel sendiri. Cewek itu kepanasan. Tanganya membawa kipas angin kecil yang bisa dia bawa kemana-mana.

"Baris dulu yang bener baru bisa mulai," celetukku ke Disa.

Disa berdecak pelan, "tuh anak bangor pada gak bener barisnya!" tunjuk Disa ke barisan kelas Ips.

"Mulut kamu lebih bangor."

Disa memutar bola matanya sinis. Pertanda cewek itu ngambek.

"Emang bener tuh. Baris aja mencong-mencong," balas Disa masih tak mau kalah.

"Nanti ada yang denger loh Dis," ujarku mengingatkan.

Pasalnya anak Ips itu lebih liar dari pada anak Ipa atau Bahasa. Kalo di sekolahku sih gitu. Dan kalo anak Ipa ada yang ketauan jelek-jelekin anak Ips. Siap-siap aja bakal di cingcang.

Masalahnya sekolah kita ini anaknya masih main perbedaan derajat! kelas Ipa adalah kelas yang derajatnya paling atas. Namun sering ditindas oleh anak Ips yang derajatnya bisa dibilang paling bawah. Tapi anak Ips juga tidak serendah itu di sini. Justru merekalah yang selalu membuat onar yang sengaja menyulitkan anak kelas Ipa. Sedangkan kelas bahasa masih aman-aman saja.

"Emang kenapa kalo ada yang denger? Santai aja kali," Disa meremehkan.

Aku meliriknya malas.

"Mau diajak gelud? Tauran? Mau? Hm?"

"Ya gak lah!" sahut Disa ogah.

"Makanya diem."

Setelah itu Disa langsung nurut. Mungkin dia berpikir, dari pada diajak tauran sama anak Ips mending diem lah.

"Oi Lan!"

Suara Bintang memanggilku, Aku menoleh ke arahnya.
Seragam putih yang dimasukan ke dalam celana abu-abu membuatnya menjadi lebih rapih. Tak lupa dasi dan topi yang sudah terpasang ditempat yang tepat. Semakin menambah kegantengan nya.

"Nih."

Bintang memberikan botol air putih. Aku langsung menanggapinya.

"Makasih," balasku hendak membuka botol yang diberikan Bintang.

"Eh? Jangan di minum!" 

Mendengar ucapan Bintang, Aku menghentikan botol yang ingin mendarat dimulut.

"Loh. Kenapa?" tanyaku bingung.

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang