17. Si Hacker
Aku segeran membuka pintu ketika bell berbunyi. Itu pasti Disa, Jo dan Fahri. Aku meminta mereka untuk datang lebih awal sebelum Bintang datang.
Hari ini aku ingin berlatih untuk acara pensi besok. Kebetulan Bintang yang akan mengiringi dengan gitar. Dan yang lain hanya ingin main saja, biasalah anak musa sukanya nongkrong.
"ASSALAMUALAIKUM BULANNN MAIN YOOO!" teriak Jo di luar sana.
Dengan cepat aku membuka pintu.
"Heloo Bulan," sapa Jo saat pintunya sudah terbuka.
"Heloo Joo!" sapaku balik.
"Apa kabar?" ujarnya basa basi tapi kelewat basi.
"Halah! udahlah langsung masuk aja, sok nanya kabar," dampratku, lalu mempersilakan mereka masuk.
"Rumah lo gede bener ye Lan," ujar Jo tabjuk.
Cowok itu juga dari awal masuk sudah mengamati setiap inci dari rumah ini.
"Sofanya cakep banget kaya yang punya rumah. Di rumah gue mah kalo mao duduk gelar karpet Lan," kata Jo malah adu masib.
"Boleh duduk gak sih? mau cobain sofa orang kaya," ujar Fahri, aku langsung memperbolehkan.
"Silahkan. Anggap aja rumah aku."
"Ya emang rumah lo!" sahut Fahri ngegas.
"Punya temen norak semua," komen Disa memutar bola matanya. Seolah dia yang paling tidak norak.
"Iri aja lo Dis. Sini duduk bareng. Biar gak kebawa mimpi," sahut Jo mengajak Disa. Cewek itu langsung melengos.
"Di rumahku juga ada kali!" tolak Disa sombong.
"Ehh udah pada dateng, kok gak bilang sih Lan," kata mamah yang baru datang dari dalam.
Jo dan Fahri langsung beranjak dari sofa, bergegas menyalami tangan mamahku dengam sopan. Begitu pun Disa.
"Iya Kak. Ini baru banget sampe," Jo nyengir polos.
Aku tertawa mendengar Jo menyebut mamahku dengan sebutan 'kak'.
"Heh, gak sopan manggil kak! itu Mamanya Bulan tau," semprot Disa, membuat Jo panik campur malu karenanya.
Jo menggaruk rambutnya kikuk, "Maaf Tante. Dikira saya Tante kakaknya Bulan," ujarnya menyengir. "abis muda banget keliatanya," ujarnya lagi.
Mamahku tertawa karena tingkah Jo, "Iya gapapa. Tente emang lebih cocok jadi kakaknya Bulan kok," balas mamah narsis. Tiga temanku ini malah ketawa mendengarnya. Sedangkan aku sudah mencubit sikut mamah. Malu-maluin aja emak-emak.
"Ya udah kalo gitu Tante ke dapur dulu. Bawain snack-snack sama minuman," pamit mamah langsung mendapat seruan dari ketiganya.
"Wiss tante tau aja yang kita pengen. Jadi enak Tan," ujar Jo tidak tau diri.
"Horang kaya makananya banyak nih pasti," timpah Fahri.
"Satu orang 1 alfa bisa kali," sahut Disa bercanda.
"Jangan di dengerin Mah. Emang otaknya pada kecil," ujarku memberi tahu.
"Gak boleh ngatain temen sendiri Bulan," Mamah malah membela mereka. Aku langsung memasang wajah bete.
"Yaudah kalo gitu Tante go to dapur dulu yes," pamit mamah. Mamah muda itu langsung pergi setelah mendapatkan anggukan dari teman temanku.
"Mau berdiri terus?" kataku menatap ketiganya yang masih berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU YA!) Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri? Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. Lebih sakit dari say...