28. Hari ini dan Selamanya

5.6K 312 12
                                    

Persahabatan itu akan selalu ada sampai kapanpun. Karna sejatinya sahabat adalah kita yang tidak akan pernah bisa di pisahkan. -TITIK LUKA

28. Hari ini dan Selamanya

Ini hari selasa dan hari yang menyenangkan. Karena hari ini aku berangkat kesekolah bareng Bintang. Cowok itu sudah menungguku di luar. Dengan semangat dan dengan senyum yang terus mengembang sedari tadi, aku keluar dan mendapatkan Bintang yang sedang duduk manis di depan rumahku.

Cowok itu kini hadir lagi dipagi hari untuk menjemputku. pemandangan indah pagi ini kalah oleh kehadiran Bintang Algieba. Entahlah, pagi ini Bintang adalah ciptaan Tuhan yang paling menarik perhatianku.

"Selamat pagi Bintang!" sapaku tersenyum lebar. Hari ini senyum itu tidak boleh bersembunyi.

"Selamat pagi juga Ratu Capcake," sapanya balik dengan senyuman manis yang hampir mematikan. Cukup, sudah cukup. Senyumanya bisa membuat aku kejang di tempat. Oke, itu terlalu berlebihan.

"Yuk berangkat," ajak Bintang sudah berdiri. Aku menganguk menjawabnya. Kemudian berjalan menghampiri motor Bintang.

"Ayo naik," suruhnya setelah dia naik duluan ke atas motornya. 

Aku nurut, kini aku sudah berada dibelakang Bintang.

"Pake ini," Bintang memberikan helm. Aku menggeleng tidak mau.

"Gak mau pake helm. Rambutku nanti rusak," tolakku menyentuh rambut halusku. Dia baru saja ke salon!

"Mau sampai dengan selamat gak?" Bintang melirikku sinis.

Aku menghela napas malas dan merebut helmnya pasrah. Kali ini aku biarkan rambutku rusak.

Lalu motornya melaju ke jalan besar dengan kecepatan standar. Seperti biasa, mataku tertuju pada langit. Warnanya secerah moodku pagi ini.

"Langit di sana lebih menarik ya dari pada orang yang di depan kamu?" ujar Bintang terdengar nyindir.

Aku meliriknya dari kaca spion.
"sepertinya iya," balasku sengaja.

Bintang tidak menjawab lagi. Bisaku pastikan dia baper.

"Ciailah gitu aja baper," aku menggodanya.

Bintang tetap tidak merespon.

"Iya udah deh maaf. Maaf ya tuan Bintang Algieba," kataku mengetuk-ngetuk helm cowok itu. 

"Hm," jawab Bintang seadanya.

Dasar cowok baperan. Sejak kapan dia jadi seperti ini?!

"Bulan," panggil Bintang.

"Iya. Kenapa?"

"Kamu masih suka sama aku?" tanya Bintang. Mataku langsung membulat dengan sempurna. Pertanyaan yang sangat mendadak.

"Lan?"

"Ha? iya kenapa?" sahutku agak lemot.

"Masih suka aku?" tanya Bintang mengulang pertanyaanya.

"Gak tau Tang," jawabku bingung. Haruskah aku bertanya pada diri sendiri apakah dia masih menyukai Bintang atau tidak?

"Tetep suka sama aku Lan. Jangan hilangin perasaan itu," ucap Bintang.

Seketika jantungku berdetak lebih cepat. Aku yakin wajahku saat ini sudah sangat tidak terkondisikan. Apakah ini mimpi? Jika ini mimpi, tolong jangan pernah bangunin aku dari mimpi ini. Ini benar-benar mimpi yang aku harapkan.

"Jangan lupain aku dari hati kamu ya Lan," ujar Bintang lagi.

"Kenapa?" tanyaku mendadak gugup.

"Jangan aja. Aku gak mau."

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang