14. Mawar Merah Muda

5.9K 422 28
                                    

Sebelumnya vote dulu

14. Mawar Merah Muda

Sebagai perwakilan pensi kelas 12 Ipa 2, aku harus latihan di aula sebelum pulang. Semua murid perwakilan diinfokan agar mengikuti latihan siang ini. Dan juga ketua kelasnya untuk mengarahkan katanya.

Sekarang aku berada di aula bersama Disa. Belum banyak yang datang, baru ada beberapa saja. Ada yang sedang menyeting gitarnya, melatih suara, melatih gerakan sampai berpuisi. Sedangkan aku dan Disa memilih diam saja menunggu semuanya kumpul.

"Kamu udah pilih lagu buat acara pensi nanti Lan?" tanya Disa sambil menyantap eskrim yang dipegangnya.

Aku ngangguk.

"Semangat Lan! aku yakin kamu pasti tampil paling keren!" kata Disa yakin.

"Aku tau itu," balasku bangga sekaligus sombong.

"Salah aku muji kamu Lan," sesal Disa.

Mataku tertuju pada sepasang orang yang baru masuk dari pintu sana. Aku mengamatinya lekat. Tangan yang bergandengan dan tawa di wajah cowok itu. Kayanya Bintang bahagia banget tanpa aku.

"Udah gak usah di pikirin. Ntar juga nyesel sendiri," celetuk Disa sadar aku tengah mengamati mereka.

"Aku kasian sama Bintang Dis," ujarku  miris.

"Dianya gak mau dikasihanin. Udahlah dia aja gak kasian sama kamu," kata Disa mulai kesal.

"Tapikan dia sahabatku," ujarku lagi.

"Emang dia nganggep kamu sahabat?" sahut Disa pedas.

Aku langsung menatapnya tajam. "jangan gitu dong," aku cemberut.

"Jelek muka kamu! gak usah di gituin!" kesal Disa.

"Oi!" teriak Jo masuk dengan gaya jalan yang sok keren.

"Ngapain tuh anak? emang di ajak?" tanya Disa. Aku menjawabnya dengan mengangkat bahu. Tidak tau.

"Belum mulai ya?" tanya Jo. Cowok itu langsung duduk di atas meja. Emang anaknya bangor.

"Belum,"  jawab Disa, dibalas dengan anggukan.

"Kamu ngapain ke sini? emang di ajak?" tanya Disa Kepo.

"Di ajak gak di ajak tetep dateng gue," balas Jo santai. Sekolah bayar ini.

"Tumben gak berdua Fahri," kataku menyari keberadaan cowok itu.

"Lagi solat dia. Anak soleh banget gak tuh temen gue," balas Jo membanggakan Fahri.

Emang  si Fahri itu salah satu yang paling taat agama di antara kita yang masih suka  menunda-nunda waktu solat. Fahri itu terlahir di keluarga yang keagamaanya melekat banget. Makanya dia jomblo terus. Katanya tidak boleh pacaran sama orang tuanya. Dan Fahri nurut-nurut aja. Biar tidak jadi anak durhaka dia bilang. Padahal yang deketin dia lumayan banyak loh. Fahri juga yang selalu ngingetin kita buat solat, ngaji, amal. Pokonya mah calon imam idaman banget dah si Fahri.

"Temen aku juga tuh," sambar Disa bangga.

"Temen kita semua," ujarku menimpali.

"Oi gengs!" sapa Fahri. Cowok itu baru datang dengan rambut yang masi basah.

"Panjang umur nih anak," Jo bertos ria dengan Fahri.

"Ngomongin gue lo ya?" tebak Fahri menatap kita bertiga.

"Wahh dosa lo dosa. Ghibah itu sama aja memakan bangkai sendiri ," kata Fahri mulai ceramah.

"Kita muji lo. Muji woi muji!" balas Jo.

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang