"Seindah apapun senja diujung sana.
Dia akan lebih indah jika dilihat dengan orang yang kita suka."
Titik luka.9. Bersama Senja.
Hari semakin sore. Kami menelusuri setiap jalanan, itu adalah hal yang paling menyenangkan. Motor yang tadinya berjalan, kini berhenti.
Bintang membawaku pada rumah pohon tempat yang sering kami datangi dulu. Sampai akhirnya sekarang kami sudah jarang mengunjunginya.
Bintang melepas helm dan turun dari motor. Begitu juga Aku. Sedikit bingung kenapa dia membawaku kesini.
"Udah lama, ya, gak kesini. Ngomong ngomong ngapain kita kesini?" tanyaku heran.
"Udah ikut aja," Bintang menarik pergelangan tanganku. Sontak membuatku kaget.
Kami naik ke atas rumah pohon. Lalu cowok itu menarikku ke sudut paling ujung. Dimana disana aku bisa melihat matahari yang mulai terbenam.
"Gimana. Bagus kan? Kamu pasti kangen liat senja," ujar Bintang senyum.
Aku menganguk senang. Aku kangen banget. Sudah sangat lama tidak melihat cantiknya senja dari sini.
"Aku selalu suka tempat ini. Suka pemandangannya, suka sama momen yang terjadi disini, pokonya suka banget," ujarku hampir kelewat senang.
Aku melihat keindahan dari atas sini. Matahari yang mulai pamit. Pohon yang semakin lebat daunnya, dan aku bisa melihat langit lebih dekat. Seneng banget. Apalagi di sini bareng Bintang.
"Kita di sini agak lama, Ya, Tang. Pliss!" pintaku memohon.
"Iya boleh. Kenapa, betah di sini?" jawab Bintang menatapku.
"Iya, kangen liat senja."
"Kan sering. Emang gak bosen?"
"Aku emang sering liat senja. Tapi gak pernah bareng kamu lagi. Makanya aku pengen kita liat indahnya senja bersama? boleh?" pintaku menatapnya dalam. Senyumku sudah tidak bisa ditahan. Dia mengembang begitu saja.
Bintang menganguk sambil tersenyum. Lalu mencubit hidungku gemas. Membuat hawa panas di seluruh badan.
"Senjanya cantik ya hari ini," ujar Bintang mengamati.
"Indah banget, ya, Lan." katanya lagi.
"Seindah apapun senja diujung sana. Dia akan lebih indah jika di lihat dengan orang yang kita suka," ujarku masih menatap senja cantik itu.
"Kalo gitu kapan kamu mau lihat senja bareng gebetanmu Lan?" tanya Bintang, membuat aku menoleh.
"Sekarang. Sama kamu Tang," balasku dalam hati.
"Nanti aku ajak Aluna deh. Pasti dia seneng." ujar Bintang. Membuat menyumku hilang begitu saja.
"Ya kan Lan?" ujarnya bertanya. Aku langsung menetralkan ekspresiku cepat.
"Iya. Pasti seneng dia. Ajak aja kapan-kapan," jawabku memaksakan senyuman.
Sesenang apapun aku saat bersama Bintang. Dia pasti selalu berhasil mengingatkanku bahwa hatinya sudah ter isi. Mungkin memang benar kata Aluna. Aku cuma sahabat, tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU YA!) Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri? Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. Lebih sakit dari say...