"Kalo dia bener-bener anggap kamu sahabat. Dia gak akan pernah bisa menjauh. Karena sahabat itu sifatnya sejati. Dan yang sejati gak akan pernah pergi,"
~Mama Bulan
13. Segores LukaMalam hari dirumah kediaman Batari, alias rumahku. Hari ini mamah pulang lebih awal. Entah kenapa alasanya, intinya aku seneng tidak kesepian lagi.
"MAMAAAAA!" teriaku kencang mengakibatkan goncangan di dunia. Tapi Boong.... bukan dunia yang tergoncang, tapi emosi mamah.
"Maaaamaa kenapaa kue kue aku hilang semua!" aku merengek menghampiri mamah yang sedang menonton tv.
"Mama kasih ke tetangga," balas Mama santai.
Aku cemberut bete.
"Kok dikasih orang! Kan aku masih mau," ujarku sebal.
"Siapa suruh gak dimakan-makan. Dari pada basi. Yaudah Mama kasih tetangga aja," jelas Mama, lalu menggantikan chenel tv nya menjadi sinetron azab.
"Azab anak yang marah-marah sama Mamanya," ujar Mamah sengaja membaca judul flm azab. Aku langsung melotot dan melihat tv.
"Mamah nyindir?" tanyaku polos. Lalu duduk di sampingnya.
"Orang Mama lagi baca judul," elaknya.
"Ihh yaudah kek jangan nonton tv dulu," ujarku menarik-narik lengan langsing milik mamah muda ini. Pasalnya mamahku ini seperti anak muda. Badanya langsing, kulit putih, tinggi, pokonya anak muda banget lah. Padahal umur udah tidak muda lagi.
"Kenapa sih? tinggal beli aja lagi," saran mamah.
"Yaudah beliin dong."
"Beli aja sama Bintang," balas mamah membuatku diam. Aku lupa kalo mamah belum tau tentang apa yang terjadi antara aku sama Bintang.
Diamnya aku membuat mamah menoleh, dia menatapku yang masih bengong seperti orang gila.
"Ada masalah sama Bintang?" tebak mamah. Sayang, tebakanya benar.
"Hm," gumamku.
"Kenapa? sini curhat sama Mama."
"Bintang marah sama Bulan, dia gak mau nyapa Bulan," aduku sedih.
"Gak akan ada asap kalo gak ada api. Emangnya Bulan ngelakuin kesalahan apa?" tanya mamah lembut.
Aku menghela napas kecil "bulan gak bikin kesalahan. Dianya aja yang gak percaya sama Bulan."
"Salah paham, iya?" tanya mamah.
"Semacam itulah."
"Kalo gitu omongin baik baik. Jelasin yang sebenernya," ujar mamah memberi saran.
"Gak ada lagi yang mesti dijelasin. Aku udah jelasin semua, tapi dianya gak percaya," jawabku kesal.
"Masalah anak muda gini banget yah. Untung mamah udah tua," ucap mamah malah bersyukur udah tua.
"Iya gini banget, Bulan aja sampe pusing," sahutku cemberut.
"Kamu itu masih muda Lan, perjalanan masih panjang," ujar mamah menasehatiku. "Pikirin masalah boleh, tapi jangan dibikin jadi beban buat kamunya," lanjut mamah membuat aku menaruhnya di otak.
"Dulu waktu Mama masih muda, pernah gak suka sama temen Mama yang udah dekeeeet banget," tanyaku pemasaean.
"Semacam sahabat gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA
Fiksi Remaja(FOLLOW DULU YA!) Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri? Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. Lebih sakit dari say...