24. Bulan dan Aluna

6.4K 420 13
                                    


"Yang benci akan terus membenci"

24. Bulan dan Aluna

"Mahh, aku berangkat!" pamitku seraya menyalami tangan mamah.

"Hati-hati. Ah iya, ngomong-ngomong kok mamah jarang liat Bintang ya? Sibuk ya dia?" tanya Mamah sambil maskeran.

Aku bingung harus menjawab apa. Pertanyaan yang sangat tiba tiba dan aku belum mempersiapkan jawaban apapun.

"Hm, iya. Bintang sibuk banget akhir akhir ini," jawabku bohong.

Mamah mengangguk mengerti. "Oh, mamah kira lagi berantem," tebak mamah.

Aku menggeleng pelan. "Gak kok Mah. Kita baik baik aja," jawabku bohong lagi. Setelah itu pamit pergi.


Pagi-pagi begini moodku sudah hilang sebab mamah menanyakan Bintang.

Kantin adalah satu-satunya tempat untuk mengembalikan mood. 

Sudah hampir 4 mangkuk bakso aku lahap ke dalam habis. Ini memasuki mangkuk ke 5. Belum lagi cemilan yang berukuran besar-besar, cap cake coklat, stroberi, dan keju. Aku tidak peduli soal gendut. Yang penting aku bisa mengembalikan mood!

"Astagfirullah Bulan! kamu makan sebanyak ini?"  Disa melongo kaget melihat makanan di meja. Cewek itu  datang dengan tas ranselnya.

Aku menganguk kuat. "Iya ini semua aku yang makan!"

Disa duduk depanku, menatap tidak percaya. "Kamu serius?" ujar Disa mastiin lagi.

Aku  nganguk lagi.

"Sebanyak ini?" lagi lagi Disa bertanya.

"Iya serius."

"Kamu mau jadi gorbon? ini banyak banget Lan. Kamu gak malu apa di liatin oran-orang?" Disa berbisik melihat sekeliling kantin. Ada beberapa orang yang menatapku geli.

"Ngapain malu, aku bayar sendiri gak minta dibayarin," jawabku mantap. Kemudian kembali melahap snack.

"Gak takut gendut gitu?" tanya Disa.

"Gak!" jawabku.

"Agak aneh sih," Disa nyerah.

"Woi, makan gak ngajak ngajak nih!" Fahri datang dengan Jo. Cowok itu datang dengan pakaian yang rapih. Tumben sekali. 

"Widih keren banget nih penampilannya, rapih," puji Disa, sepertinya terpesona dengan penampilan keduanya.

"Iya dong, ganteng kan?" kata Jo pede.

Disa berdecak. "Hilih. Sok amat baru dipuji dikit."

"Oiya Jo. Soal permintaan yang waktu itu. Kamu mau apa?" tanyaku mengingat janji yang pernah aku buat. Waktu Jo bantuin aku jadi hacker buat dapetin bukti.

Jo terkekeh pelan. "Gak perlu apa apa gue mah. Gue liat lo bahagia aja udah seneng Lan," Jo tertawa.

Sontak Disa dan Fahri bersorak.

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang