33. Butuh Waktu Untuk Pulih

3.1K 246 4
                                    

*TELAH TERJADI REVISI.

33. Butuh Waktu Untuk Pulih

Cuaca yang mendung membuat pagi hari menjadi waktu yang tepat untuk tidur. Tapi sayangnya ini bukan hari libur. Di tambah lagi ada ulangan harian mata pelajaran Bu Aya. Jadilah aku harus membuang pikiran untuk tidur di cuaca seperti ini.

Angin sepoi-sepoi dari jendela membuat aku ngantuk parah. Sayup sayu aku mulai tetidur, tapi Disa langsung membangunkanku.

"Jangan tidur!" tepuk Disa wanti-wanti. Takut aku ke bablasan.

"Hm," gumamku pelan.

"Udah selesai belum?" bisiknya bertanya.

"Dikit lagi," jawabku masih di bawah ambang-ambang.

"Nih aku udah. Cepet salin!" Disa memberikan lembar jawaban, tumben banget dia udah kelar.

"Tumben udah kelar, abis ganti otak?" aku langsung seger setelah mendapat jawaban dari Disa.

"Gak ganti otak sih, cuma nyontek sama Wiki," sahut Disa.

"Wiki?" Aku bingung, sejak kapan dikelas ini ada orang bernama wiki?

"Iya, Wikipedia," Disa terkekeh pelan.

Aku menatapnya jengsel.
Aku pikir dia mendadak pintar. Ternyata mendadak licik.

Buru buru aku menyalin jawaban Disa. Sepinter apapun aku, setinggi-tingginya nilaiku di banyak mapel. Tapi nilaiku bakal merah di beberapa mapel. Contohnya di pelajaran bahasa, entah itu bahasa jepang, inggris, atau jerman. Dan juga di pelajaran matematika. Di sanalah kelemahanku.

Lebih baik di suruh menghapal kerangka manusia dari pada harus hitung-hitungan atau translet Inggris ke Indo atau sebaliknya. Skip deh.

"Ayo buruan selesain, udah ditunggu temen temen di kantin!" suruh Disa buru buru.

Aku makin panik, tapi akhirnya selesai juga. Walaupun tulisannya jadi jelek karena diburu buru oleh Disa.

"Yang sudah silahkan keluar," ucap Bu Aya.

Aku dan Disa langsung berdiri, memberikan lembar jawaban pada Bu Aya lalu keluar kelas.

Kami langsung ke kantin, katanya teman teman sudah menunggu di sana. Namun perjalanan kami terhenti karena Jaz menghadangku.

"Hai Bulan," sapa Jaz menghalangi jalanku.

"Permisi, aku harus ke kantin," ujarku berusaha mencari jalan lain, tapi Jaz malah semakin menghalangi.

"Tipe cowok lo tuh kaya gimana sih?" tanya Jaz.

"Jaz kamu apa apaan sih, minggir sana, cringe amat!" damprat Disa, tapi malah dapat tatapan tajam dari Jaz.

"Gue ngomong sama Bulan, bukan sama lo Disa," ujarnya datar.

"Ya Bulannya gak mau ngomong sama kamu Jaz. Udah ya kamu pergi, Bulan gak suka kamu."

"Dia gak suka gue karena dia sukanya sama cowok orang kan?" ucap Jaz kurang ajar. 

"Lan, lo sadar kenapa sih, ada orang suka sama lo di sini, kenapa lo malah pilih cowok orang?" tambah Jaz.

Aku sudah tidak tahan dengan omong kosongnya. Aku mendorong badan Jaz cukup kuat sehingga cowok itu mundur satu langkah.

"Tolong jaga ucapan kamu Jaz. Aku hargain kalo kamu suka sama aku, tapi gak gini caranya," Aku menatapnya tajam.

"Kalo aku gak suka balik sama kamu, Gak usah kamu ngomong yang gak gak tentang aku," tegasku, tapi cowok itu malah ketawa sinis.

"Kenyataan. Lo suka sama Bintang, 'kan? tapi Bintangnya pacar Aluna. Terus lo bikin mereka putus, dan sekarang lo pdkt sama Bintang. Gue kasian sih salah Aluna-"

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang