Vote dan follow akun ini ya!
"Aku tau kamu marah banget sama aku. Pukulin aku Lan kalo itu bisa bikin kamu maafin aku. Kamu bilang kamu gak bisa di diemin aku kan? Sekarang kenapa sekarang kamu yang diemin aku Lan?"
~Bintang Algieba25. Bimbang
Disa Arine: kerumah aku buruan, bantu-bantuin dekor rumah. Kalian masi di sekolah kan? langsung ke sini aja.
Bulan Batari: kamu siapa?
Joo Ahmad: kamu seperti Jelly
Joo Ahmad: sorry tp gw bkn babu lo
Fahri Abari: minta bantuan segala, korban bencana alam lo?
Disa Arine: yaudah sih kalo gak mau gapapa
Bulan Batari: parah ngambek
Disa Arine: biarin lah. Semua orang berhak ngambek
Joo Ahmad: haha becanda
Fahri Abari: otw, gausah nangis Dis. HAHAHA
Disa Arine: huh nyebelin!
Setelah sepulang sekolah Aku, Jo, dan Fahri memutaskan pergi ke rumah Disa. Disa bilang dia butuh bantuan untuk acara ulang tahunya besok malam.
"DISA," teriak Jo dari luar. Jangan kaget, itu sudah biasa bagi kami.
Disa membuka pintunya, dia nyengir kesenengan.
"Makasih udah mau bantu," ujar Disa senang.
"Ya ya ya, buruan suruh kita masuk," sahut Jo songong.
Disa nyengir kuda, "silahkan masuk tuan dan nyonya," jawab Disa mempersilahkan masuk.
Kemudian kami masuk, mengikuti Disa dari belakang. Rumahnya besar, tapi masih besaran rumahku. Warna cat biru muda membuat aku menebak bahwa itu warna pilihan Disa, di karenakan Disa sangat suka warna biru.
"Rumah temen-temen gue gede-gede banget dah, rumah gue doang yang kaya gubuk," celetuk Jo ketika melihat sekeliling rumah Disa.
Aku menoyor kepalanya pelan.
"Bersyukur punya rumah! mau aku bagi rumahku?"
"Boleh, rumah yang di mana?" sahut Jo antusias.
"Rumah keong tuh di gudang rumahku banyak," jawabku ketawa lebar.
"Sialan!"
Kami ketawa karena reaksi Jo.
"Seneng banget lo pada ngetawain gue," cibir Jo.
"Kapan-kapan main ke rumah kamu dong," pinta Disa.
"Boleh-boleh aja, tapi ya gitu rumah gue. Apa adanya aja," jawab Jo setuju. Lalu duduk si sofa, diikuti kami, kecuali Disa.
"Aku ambil minum dulu ya," Disa izin ke dapur. Aku menganguk menjawabnya.
"Santai Jo. Atur waktunya aja," ujar Fahri merespon Jo.
"Meow meow meow," suara kucing itu mengalihkan pembicaraan kami. Kucing putih berkalung love itu menatap ke arah kami. Jo ketakutan karenanya.
Ah, Jo memang agak payah. Dia takut binatang.
Jo menaikan kakinya ke atas sofa, ketakutan. "Heh usir woi. Haciih," Jo mendadak bersin bersin.
"Takut kucing?" Fahri ketawa lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU YA!) Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri? Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. Lebih sakit dari say...